BAB I
PEDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan
mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang
dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana.
Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan
pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk
tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya
alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih
ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.Teknik non tes biasanya dilakukan dengan
cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun
menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono : 2009). Pada evaluasi
penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada
ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur
pada ranah kognitif.
Tapi
pada kali ini yang akan dibahas adalah wawancara. Wawancara adalah salah satu
bentuk kuisioner, tetapi dilakukan secara lisan. Sebagai salah satu metode
pengumpulan data dalam penelitian pendidikan, wawancara sangatlah penting.
Dalam metode wawancara, dilakukan dialog antara pewawancara (interviewer) yang
bertujuan memperoleh data, dengan pihak terwawancara sebagai sumber informasi
atau data.
Biasanya
metode wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menilai keadaan seseorang.
Contohnya saja, untuk mengetahui latar belakang mengapa seseorang putus dari
sekolah, atau ,mengapa setelah digunakan suatu model pembelajaran tertentu,
prestasinya meningkat dengan tajam.
wawancara
yang dilakukan dalam tujuan memperoleh data tadi, dapat bersifat terstruktur
secara ketat, atau dapat pula berbentuk wawancara tak terstruktur. Pada
wawancara terstruktur, biasanya pewawancara sebagai orang yang ingin menggali
data hanya perlu memberikan tanda ceklis pada formulir wawancara yang telah
disiapkan berdasarkan pilihan jawaban pertanyaan yang juga telah disediakan
oleh pewawancara.
Strategi
yang dilakukan pewawancara terhadapsi terwawancara (responden) saat mewawancara
mereka dapat dengan memperlihatkan daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang
disediakan, atau dapat pula dengan menyembunyikan daftar pertanyaan tersebut.
Tatkala daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang disediakan diperlihatkan
kepada pihak terwawancara (sumber data), maka terwawancara bahkan seringkali
boleh langsung membaca daftar pertanyaan tersebut dan memberi tanda ceklis
sendiri sehingga metode wawancara dengan strategi yang demikian tak ubahnya
bagaikan metode kuisioner saja.
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, adarumusan masalah
yang akan diuraikan dalam makalah ini , antara lain:
1.
Apa pengertian wawancara ?
2.
Sebutkan macam-macam wawancara?
3.
Sebutkan pendekatan yang digunakan
dalam wawancara?
4.
Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam
melakukan wawancara serta contoh format penilaian dalam wawancara?
5.
Sebutkan kelebihan dan kelemahan
wawancara?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka hal – hal yang ingin dicapai adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian
wawancara.
2.
Untuk mengetahui macam-macam
wawancara.
3.
Untuk mengetahui pendekatan yang
digunakan dalam wawancara.
4.
Untuk mengetahui tahapan-tahapan
dalam wawancara serta format penilaian dalam wawancara.
5.
Untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan wawancara.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Wawancara (Interview)
1. Menurut
Carles Steward dan W.B Cash
Wawancara adalah sebuah proses komunikasi berpasangan dengan
suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya dan dirancang untuk
bertukar prilaku dan melibatkan tanya jawab.
2. Menurut
Robert Kahn dan Channel
Wawancara adalah suatu pola yang
dikhususkan dari interaksi
verbal-diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah
bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tidak ada
kaitannya secara berkelanjutan.
3. Menurut
Koenjaraningrat
Wawancara adalah suatu cara yang
digunakan untuk suatu tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan dan
pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan
muka.
4. Menurut
Daphne M.Keats
Wawancara adalah situasi yang
dikontrol, dimana satu orang pewawancara mengajukan serangkaian pertanyaan
kepada orang lain untuk mendapatkan respon.
5. Menurut
Denzig
Wawancara adalah suatu percakapan
terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap muka dimana seseorang
mendapat informasi dari orang lain.
6. Menurut
Lexy J. Moleong
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud-maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu orang
yang mengajukan pertanyaan dan orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan
yang diajukan.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang
sering digunakan untuk mendapatkan jawaban dari respon dengan jalan tanya-jawab
sepihak. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam
wawancara itu hanya berasal dari pewawancara saja, sementara responden hanya
bertugas sebagai penjawab. Menurut Lincoln dan Guba (1985 : 266), tujuan
wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai seseorang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan sebagainya. Ada banyak pembagian
dalam pewawancara yang dilakukan para ahli, salah satu diantaranya adalah
membagi wawancara ke dalam dua bentuk
yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin.
B.
Macam-Macam
Wawancara
1.
Menurut Tujuannya,
wawancara dapat dibedakan menjadi:
· The
employment interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran
sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang
diminta oleh suatu employment.
· Informational
interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan.
· Administrativ
interview, yaitu wawancara yang dijalankan untuk keperluan administrasi,
misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan
di dalamnya (change in behavior).
· Conceling
interview, yaitu wawancra yang dijalankan untuk keperluan konseling.
2. Menurut
Jumlah Orang yang diwawancarai, wawancara dapat dibedakan menjadi:
· Wawancara
perorangan (individu), yaitu wawancara yang dilakukan secara perseorangan, yang
menyangkut permasalahan pribadi yang dialami oleh subjek wawancara.
· Wawancara
kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok.
3. Menurut
sifatnya wawancara
dapat dibedakan menjadi:
· Wawancara
langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh
keterangan mengenai orang tersebut.
· Wawancara
tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
keterangan mengenai orang lain.
· Wawancara
isidental, wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
· Wawancara
berencana, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
4.
Tapi ada dua jenis wawancara yang
dapat digunakan sebagai alat dalam evaluasi,yaitu:
·
Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga
dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara
sistematis (systematic interview), di mana wawancara ini selalu dilakukan oleh
evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada
waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
·
Wawancara tidak terpimpin (un-guided
interview) biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple
interview) atau wawancara bebas, di mana responden mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat
oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan
oleh pedoman tertentu, maka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja
pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara ini bebas
evaluator akan dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan terutama apabila jawaban
mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang
dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.
Dalam melakukan
wawancara, ada beberapa hal yag harus diperhatikan evaluator dalam melaksanakan
wawancara antara lain: evaluator harus mendengar, mengamati, menyilidiki,
menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang
disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat
ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan
pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam
egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil
wawancara yang telah dilaksanakan.
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan
dalam melaksanakan wawancara yaitu:
· Untuk
memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi
dan kondisi tertentu
· Untuk
melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
· Untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu
Tujuan wawancara
Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara
yaitu:
1.
Menciptakan hubungan yang baik diantara dua pihak yang
terlibat (subjek wawancara dan pewawancara).
2.
Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek
wawancara.
3.
Menyediakan informasi yang dibutuhkan.
4.
Mendorong ke arah pemahaman diri pada pihak subyek
wawancara
5.
Mendorong ke arah penyusunan kegiatan yang konstruktif
pada subyek wawancara.
Penilaian dalam
matematika melalui wawancara bersifat kualitatif. Guru perlu membuat pedoman
wawancara dengan memperhatikan aspek-aspek yang ingin diketahui, rangkaian pertanyaan
yang diajukan, dan kapan wawancara akan dilakukan. Namun demikian pertanyaan
dalam wawancara dapat berkembang mengikuti jawaban dari responden.
Wawancara dapat
dilakukan oleh guru setelah melakuakn tes tertulis dengan maksud untuk
memperoleh informasi lebih lanjut tentang pemahaman siswa terhadap pemahaman
konsep, pemecahan masalah, dan dalam mengkomunikasikan matematika. Misalnya
guru telah melakukan tes tertulis dan memeriksa hasil kerja siswa ternyata ada
siswa yang hasil kerjanya menarik perhatian guru misalnya siswa memecahkan
masalah dengan cara baru.
Guru dapat
melakukan wawancara untuk mengetahui jalan pikiran siswa sehingga memperoleh
cara baru tersebut, dan selanjutnya guru dapat mengetahui apakah cara baru
tersebut diperoleh dengan alasan yang benar atau langkah-langkah pemecahan yang
perlu diperbaiki. Hasil wawancara ini sekaligus dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana cara siswa berpikir dan mengkomunikasikan pemikiran
matematikanya. Selan itu keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
· Hubungan
baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya
pewawancara dapar menyesuaikan diri dengan orang yang diwawancarai
· Keterampilan
pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat
besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakuakan, karena guru perlu
melatih diri agar memiliki keterampilan dalam melakukan wawancara.
· Pedoman
wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat
dipengaruhi oleh pedoman yang telah dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan
wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci tentang pertanyaan
yang diajukan.
C.
Pendekatan
Wawancara yang Dalam
Ada tiga pendekatan untuk wawancara
yang dalam yang menuntut persiapan dan instrumen yang berbeda. Ketiga
pendekatan tersebut antara lain:
1) Wawancara
dalam bentuk percakapn formal,
2) Wawancara
umum dengan petunjuk,
3) Wawancara
terbuka dan tertutup yang standar.
Wawancara dalam
bentuk pertanyaan yang informal terutama merupakan diskusi di mana pertanyaan
yang khusus muncul dari diskusi itu sendiri yang sebelumnya tidak ada. Arus
yang biasa dan informasi adalah karakteristik pendekatan. Jika ini dilaksanakan
dengan baik responden bahkan tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai. Data
yang diperoleh dengan cara ini kemungkinan berbeda dengan yang lain. Responden
yang sama, kemungkinan diwawancarai lebih dari satu kali. Pendekatan ini
berguna jika evaluator dapat bersama dengan responden dalam jangka waktu yang
agak lama.
Pertanyaan
wawancara dapat berubah setiap waktu dan informasi baru dapat diperoleh
berdasarkan informasi terbaru. Nilai pendekatan ini memungkinkan pewawancara
sangat responsif terhadap yang diwawancarai dan data yang terkumpul sanagat
sesuai dengan situasi ketika itu. Kelemahan-kelemahan ini adalah waktunya lama
dan memerlukan keterampilan tinggi dari pewawancara.
Pendekatan
wawancara yang dituntun (interview guide apporoach) berbeda dengan wawancara
dalam bentuk percakapan. Di sini sejumlah daftar pertanyaan ditentukan
sebelumnya. Hal ini memungkinkan jenis informasi yang sama dikumpul dari setiap
pewawancara, tetapi juga pewawancara juga dapat menjajaki pokok-pokok yang
menarik perhatian.Tujuan wawancara merupakan daftar pertanyaan untuk
mengingatkan pewawancara terhadap apa yang dicakup. Keuntungan dari pendekatan
ini adalah lebih jelas sistematis dan berpusat sehingga pewawancara dapat
memutuskan bagaimana penggunaannya yang baik dengan waktu yang tepat. Hal ini sesuai untuk wawancara perkelompokdan
pewawancara harus berkemampuan tinggi.
Wawancara
terbuka-tertutup yang standar terdiri atas sejumlah pertanyaan yang teratur
dengan kata-kata yang dipikih, jenis informasi yang sama dikumpulkan sesuai
dengan masisng masing isu. Penyempurnaan pertanyaan masih dimungkinkan, tetapi
terbatas. Pendekatan terutama digunakan untuk pewawancara mewawancarai orang
yang berbeda dapat dikurangi.
Keuntungannya
adalah mengurangi efek pewawancara karena berkurangnya variasi diantara
pewawancara. Untuk pertanyaan yang bertujuan menjajaki, pemilihan kata-kata,
urutan serta penempatan pertanyaan penting sekali. Kelemahan pendekatan ini
terbatasnya mengeksplorasi isu atau pertanyaan yang tiddak diantisipasi sebelum
wawancara. Hal ini mengurangi kemungkinan perbedaan perorangan dengan keadaan.
D. Langkag-Langkah
atau Tahapan Wawancara
Pedoman/petunjuk wawancara secara
garis besar sebagai berikut:
1. Persiapan
·
Menentukan tujuan.
·
Menetapkan bentuk pertanyaan
·
Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber
informasi.
·
Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai.
·
Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara.
·
Mengadakan hubungan dengan responden.
2. Pelaksanaan:
·
Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah
dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi.
·
Mengadakan wawancara
3. Penutup:
·
Menyusun laporan wawancara secara sistematis.
·
Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara.
·
Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap
penting dari pelaksanaan wawancara
Contoh
Pedoman Wawancara Guru:
1.
Pedoman wawancara untuk mengetahui respons guru
terhadap pembelajaran Statistika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di kelas II SMA:
2.
Nama Guru : _______________________
3.
Waktu Wawancara : _______________________
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban/Deskripsi
|
1.
|
Apakah
pendekatan pembelajaran yang sudah Bapak pakai dalam mengajarkan statistika?
|
|
2.
|
Apakah
tanggapan Bapak terhadap pendekatan PMRI ini?
|
|
3.
|
Apakah ada
kendala yang dihadapi dalam menggunakan pendekatan PMRI di kelas?
|
|
4.
|
Apakah
bapak akan menggunakan pendekatan PMRI lagi pada kegiatan pembelajaran untuk
pokok bahasan yang lain?
|
|
5.
|
Apakah
kesan-kesan Bapak setelah melakukan pembelajaran Statistika dengan
menggunakan pendekatan PMRI?
|
4.
Kesimpulan hasil wawancara:
Telah
diuraikan bahwa evaluasi melalui wawancara selain untuk menilai pemahaman siswa
lebih lanjut juga digunakan untuk menilai sikap peserta didik tersebut sebagai
manifestasi dari minat, motivasi, perasaan, dan semacamnya. Oleh karena itu evaluasi
untuk bidang studi matematika tidak hanya terbatas pada bidang afektif
khususnya mengenai sikap siswa.
Pembentukan
daerah afektif sebagai hasil belajar matematika relatif lebih lambat daripada
pembentukan daerah kognitif dan psikomotorik, Kareana perubahan daerah afektif
memerlukan waktu yang lebih lama dan merupakan akibat dari pembentukan pada
daerah afektif dan psikomotorik. Gagne (1974) menyebutkan bahwa daerah afektif
ini sebagai objek matematika yang sifatnya tidak langsung, sedangkan daerah kognitif
dan psikomotorik sebagai objek langsung, yang dapat secara langsung dimiliki
dalam diri siswa setelah proses blajar mengajar berlangsung.
Dalam
pelajaran matematika seringkali pembentukan sikap seseorang terhadap matematika
sebagai akibat dari pembentukan daerah
kognitifnya, meskipun kadang-kadang terjai sebaliknya. Misalnya seorang siswa
yang seringkali merasa mampu untuk mengejakan soal-soal matematika. Sebaliknya jika
ia sering tidak mampu akan mengakitbatkan rasa segan atau bahkan menakutinya.
Seorang guru matematika yang mengajar dengan baik sehingga mudah dimengerti
oleh siswa, ramah keapada setiap siswa , tepat waktu jika ia mengajar,
memberikan nilai secara objektif, bisa membentuk sikap siswa menjadi positif
terhadap mateamtika. Sebaliknya jika guru tersebut kurang jelas menerangkannya,
berprilaku tidak ramah, sering terlambat atau bolos mengajar, memberikan nilai
tidak objektif, bisa menimbulkan sikap siswa yang negatif terhadap matematika.
Dari contoh-contoh di
atas tampak bahwa pembentukkan sikap seseorang terhadap matematika memerlukan
proses yang cukup panjang, sebagai akumulasi dari pengalaman-pengalaman dalam
belajar, melalui proses kognitif dan psikomotorik. Dari kondisi ini pelaksanaan
penilaian yang berkenaan dengan sikap seseorang terhadap matematika, tidak
dapat dilakukan setiap saat seperti halnya penilaian untuk daerah kognitif dan
psikomotorik. Oleh karena itu jika kita akan melakukan penilaian terhadap sikap
ini sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau pada akhir tahun ajaran. Dalam
selang waktu tersebut akumulasi pengalaman belajar siswa dalam matematika sudah
cukup banyak, sehingga dapat diharapkan cukup banyak pula komponen sikap siswa
yang dapat dievaluasi.
Dengan melaksanakan penilaian sikap terhadap
matematika, ada beberapa hal yang bisa diperoleh guru, antara lain:
1)
memperoleh balikan (feed back)
sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program pengajaran
remedial
2) memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) maupun siswa
3) memperbaiki atau menambah fasilitas belajar yang masih
kurang, dan
4) mengetahui latar belakang kehidupan siswa
yang berkenaan dengan aktivitas belajarnya.
Pengertian sikap itu sendiri berkenaan dengan
perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif
(favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap objek tertentu. Objek tersebut
bisa diri sendiri, orang lain, kegiatan, keadaan, lingkungan, dan lain
sebagainya. Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat perasaan postif atau
negatif terhadap suatu objek yang bersifat psikologis. Sikap positif bisa
diartikan sebagai sikap menyukai, menyenangi, menunjang, atau memihak terhadap
objek tadi, begitupun sebaliknya.
Contoh - contoh Pertanyaan yang dapat diajukan
pada saat wawancara ( contoh pedoman wawancara)
Contoh Format Penilaian
Wawancara Untuk Menguji Pemahaman Siswa Lebih Lanjut
Mata Pelajaran/Kelas :
Matematika/ 1(semester 1)
Kompotensi Dasar :
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengerungan sampai
20
Indikator :
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan sampai 20
No
|
Aspek yang
dinilai
|
Bobot
Penilaian
|
Skala
|
Skor
|
Rubrik
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||
1
|
Pemahaman terhadap apa yang diketahui
|
5
|
1. Jika sama sekali tidak memahami
2. Jika pemahaman- nya sebagian kecil
3. Jika pemahaman- nya sebagian besar
4. Jika sangat memahami
|
|||||
2
|
Pemahaman terhadap apa yang ditanyakan
|
5
|
1. Jika sama sekali tidak memahami
2. Jika pemahaman- nya sebagian kecil
3. Jika pemahaman- nya sebagian besar
4. Jika sangat memahami
|
|||||
3
|
Ketepatan pengunaan strategi dalam pemecahan masalah
|
5
|
1. Jika sama skali tidak tepat
2. Jika sebagian kecil tepat
3. Jika sebagian besar tepat
4. Jika seluruhnya tepat
|
|||||
4
|
Kecermatan dalam menyampaikan argumentasi
|
4
|
1. Jika sama sekali tidak cermat
2. Jika sebagian kecil cermat
3. Jika sebagian besar cermat
4. Jika seluruhnya cermat
|
|||||
5
|
Kelogisan dalam urutan langkah pemecahan masalah
|
3
|
1. Jika sama sekali tidak logis
2. Jika sebagian kecil logis
3. Jika sebagian besar logis
4. Jika seluruhnya logis
|
|||||
6
|
Kebenaran jawaban
|
3
|
1. Jika sama sekali tidak benar
2. Jika sebagian kecil benar
3. Jika sebagian besar benar
4. Jika seluruhnya benar
|
Kelebihan
Wawancara, yaitu:
1. Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang
dihadapi pada saat itu.
2. Mengetahui prilaku nonverbal, misalnya rasa suka atau tidak suka
terhadap sesuatu pada saat pertanyaandiajukan dan dijawaboleh sumber.
3. Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat
memahami maksud penelitian dengan baik dan dapat menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan secara baik pula.
4. Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah
ditetapkan.
5. Melalui wawancara dapat ditanyakan hal-hal yang lebih rumit dan
mendetail.
6. Mempunyai nilai yang tinggi.
7. Semua kesalahpahaman dapat dihindari.
8. Pertanyaan yang telah disediakan dapat dijawab oleh sumber dapat disertai
dengan penjelasan-penjelasan tambahan.
9. Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut.
Kelemahan
Wawancara, yaitu:
1. Memerlukan banyak waktu dan tenaga serta mungkin juga biaya.
2. Dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan dalam bertanya dan kesalahan
dalam menafsirkan jawabab mungkin bisa saja terjadi.
3. Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian si pewawancara.
4. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi tempat tertentu.
5. Wawancara
sangat mengganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang
dimilikinya sangat terbatas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, wawancara adalah Jadi dapat disimpulkan
bahwa wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang sering
digunakan untuk mendapatkan jawaban dari respon dengan jalan tanya-jawab
sepihak. Dalam mengadakan evaluasi (penilaian) menggunakan wawancara ada dua
jenis wawancara yang umum digunakan, yaitu wawancara terpimpin dan wawancara
tidak terpimpin. Wawancara dalam evaluasi selain untuk mengetahui kepribadian
seseorang dalam hal sikap, dll juga untuk mengukur pemahaman lebih lanjut
peserta didik setellah diadakan ter tertulis.
Ada tiga pendekatan untuk wawancara yang dalam yang menuntut persiapan
dan instrumen yang berbeda. Ketiga pendekatan tersebut antara lain, wawancara
dalam bentuk percakapn formal, wawancara umum dengan petunjuk, wawancara
terbuka dan tertutupyang standar. Dalam melalukan wawancara guna mengevaluasi
peserta didik ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu mulai dari
tahap persiapan, pelaksanaan, dan pentup.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah ini semoga pemahaman kita khususnya mahasiswa yang memprogram
mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran Matematika” dapat lebih mengatahui
tehnik-tehnik evaluasi khususnya tehnik nontes yaitu wawancara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar