Senin, 08 Juni 2015

Makalah interview assessmen

BAB I
PEDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kegiatan mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi  penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik “NON TES”.Teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara, pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada (Sudijono : 2009). Pada evaluasi penilaian hasil belajar, teknik ini biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif.
Tapi pada kali ini yang akan dibahas adalah wawancara. Wawancara adalah salah satu bentuk kuisioner, tetapi dilakukan secara lisan. Sebagai salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian pendidikan, wawancara sangatlah penting. Dalam metode wawancara, dilakukan dialog antara pewawancara (interviewer) yang bertujuan memperoleh data, dengan pihak terwawancara sebagai sumber informasi atau data.
Biasanya metode wawancara dilakukan dengan tujuan untuk menilai keadaan seseorang. Contohnya saja, untuk mengetahui latar belakang mengapa seseorang putus dari sekolah, atau ,mengapa setelah digunakan suatu model pembelajaran tertentu, prestasinya meningkat dengan tajam.
wawancara yang dilakukan dalam tujuan memperoleh data tadi, dapat bersifat terstruktur secara ketat, atau dapat pula berbentuk wawancara tak terstruktur. Pada wawancara terstruktur, biasanya pewawancara sebagai orang yang ingin menggali data hanya perlu memberikan tanda ceklis pada formulir wawancara yang telah disiapkan berdasarkan pilihan jawaban pertanyaan yang juga telah disediakan oleh pewawancara.
Strategi yang dilakukan pewawancara terhadapsi terwawancara (responden) saat mewawancara mereka dapat dengan memperlihatkan daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang disediakan, atau dapat pula dengan menyembunyikan daftar pertanyaan tersebut. Tatkala daftar pertanyaan dengan pilihan jawaban yang disediakan diperlihatkan kepada pihak terwawancara (sumber data), maka terwawancara bahkan seringkali boleh langsung membaca daftar pertanyaan tersebut dan memberi tanda ceklis sendiri sehingga metode wawancara dengan strategi yang demikian tak ubahnya bagaikan metode kuisioner saja.

B.     Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, adarumusan masalah yang akan diuraikan dalam makalah ini , antara lain:
1.    Apa pengertian wawancara ?
2.    Sebutkan macam-macam wawancara?
3.    Sebutkan pendekatan yang digunakan dalam wawancara?
4.    Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam melakukan wawancara serta contoh format penilaian dalam wawancara?
5.    Sebutkan kelebihan dan kelemahan wawancara?

C.    Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hal – hal yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui pengertian wawancara.
2.    Untuk mengetahui macam-macam wawancara.
3.    Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam wawancara.
4.    Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam wawancara serta format penilaian dalam wawancara.
5.    Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan wawancara.













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Wawancara (Interview)
1.    Menurut Carles Steward dan W.B Cash
Wawancara adalah  sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya dan dirancang untuk bertukar prilaku dan melibatkan tanya jawab.
2.    Menurut Robert Kahn dan Channel
Wawancara adalah suatu pola yang dikhususkan  dari interaksi verbal-diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tidak ada kaitannya secara berkelanjutan.
3.    Menurut Koenjaraningrat
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk suatu tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka.
4.    Menurut Daphne M.Keats
Wawancara adalah situasi yang dikontrol, dimana satu orang pewawancara mengajukan serangkaian pertanyaan kepada orang lain untuk mendapatkan respon.
5.    Menurut Denzig
Wawancara adalah suatu percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara tatap muka dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain.
6.    Menurut Lexy J. Moleong
Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu orang yang mengajukan pertanyaan dan orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang sering digunakan untuk mendapatkan jawaban dari respon dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu hanya berasal dari pewawancara saja, sementara responden hanya bertugas sebagai penjawab. Menurut Lincoln dan Guba (1985 : 266), tujuan wawancara antara lain mengkonstruksi mengenai seseorang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan sebagainya. Ada banyak pembagian dalam pewawancara yang dilakukan para ahli, salah satu diantaranya adalah membagi wawancara ke dalam dua bentuk  yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin.

B.     Macam-Macam Wawancara

1.    Menurut Tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi:
·      The employment interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh suatu employment.
·      Informational interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
·      Administrativ interview, yaitu wawancara yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalamnya (change in behavior).
·      Conceling interview, yaitu wawancra yang dijalankan untuk keperluan konseling.

2.    Menurut Jumlah Orang yang diwawancarai, wawancara dapat dibedakan menjadi:
·      Wawancara perorangan (individu), yaitu wawancara yang dilakukan secara perseorangan, yang menyangkut permasalahan pribadi yang dialami oleh subjek wawancara.
·      Wawancara kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok.

3.    Menurut sifatnya wawancara dapat dibedakan menjadi:
·      Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang tersebut.
·      Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
·      Wawancara isidental, wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
·      Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.

4.    Tapi ada dua jenis wawancara yang dapat digunakan sebagai alat dalam evaluasi,yaitu:
·      Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis (systematic interview), di mana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview  guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
·      Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara bebas, di mana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, maka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara ini bebas evaluator akan dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika.

Dalam melakukan wawancara, ada beberapa hal yag harus diperhatikan evaluator dalam melaksanakan wawancara antara lain: evaluator harus mendengar, mengamati, menyilidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.

Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yaitu:
·      Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu
·      Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah
·      Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu
Tujuan wawancara
Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu:
1.    Menciptakan hubungan yang baik diantara dua pihak yang terlibat (subjek wawancara dan pewawancara).
2.    Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek wawancara.
3.    Menyediakan informasi yang dibutuhkan.
4.    Mendorong ke arah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara
5.    Mendorong ke arah penyusunan kegiatan yang konstruktif pada subyek wawancara.
Penilaian dalam matematika melalui wawancara bersifat kualitatif. Guru perlu membuat pedoman wawancara dengan memperhatikan aspek-aspek yang ingin diketahui, rangkaian pertanyaan yang diajukan, dan kapan wawancara akan dilakukan. Namun demikian pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang mengikuti jawaban dari responden.
Wawancara dapat dilakukan oleh guru setelah melakuakn tes tertulis dengan maksud untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang pemahaman siswa terhadap pemahaman konsep, pemecahan masalah, dan dalam mengkomunikasikan matematika. Misalnya guru telah melakukan tes tertulis dan memeriksa hasil kerja siswa ternyata ada siswa yang hasil kerjanya menarik perhatian guru misalnya siswa memecahkan masalah dengan cara baru.
Guru dapat melakukan wawancara untuk mengetahui jalan pikiran siswa sehingga memperoleh cara baru tersebut, dan selanjutnya guru dapat mengetahui apakah cara baru tersebut diperoleh dengan alasan yang benar atau langkah-langkah pemecahan yang perlu diperbaiki. Hasil wawancara ini sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana cara siswa berpikir dan mengkomunikasikan pemikiran matematikanya. Selan itu keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
·      Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapar menyesuaikan diri dengan orang yang diwawancarai
·      Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakuakan, karena guru perlu melatih diri agar memiliki keterampilan dalam melakukan wawancara.
·      Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang telah dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci tentang pertanyaan yang diajukan.

C.    Pendekatan Wawancara yang Dalam
Ada tiga pendekatan untuk wawancara yang dalam yang menuntut persiapan dan instrumen yang berbeda. Ketiga pendekatan tersebut antara lain:
1)   Wawancara dalam bentuk percakapn formal,
2)   Wawancara umum dengan petunjuk,
3)   Wawancara terbuka dan tertutup yang standar.

Wawancara dalam bentuk pertanyaan yang informal terutama merupakan diskusi di mana pertanyaan yang khusus muncul dari diskusi itu sendiri yang sebelumnya tidak ada. Arus yang biasa dan informasi adalah karakteristik pendekatan. Jika ini dilaksanakan dengan baik responden bahkan tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai. Data yang diperoleh dengan cara ini kemungkinan berbeda dengan yang lain. Responden yang sama, kemungkinan diwawancarai lebih dari satu kali. Pendekatan ini berguna jika evaluator dapat bersama dengan responden dalam jangka waktu yang agak lama.
Pertanyaan wawancara dapat berubah setiap waktu dan informasi baru dapat diperoleh berdasarkan informasi terbaru. Nilai pendekatan ini memungkinkan pewawancara sangat responsif terhadap yang diwawancarai dan data yang terkumpul sanagat sesuai dengan situasi ketika itu. Kelemahan-kelemahan ini adalah waktunya lama dan memerlukan keterampilan tinggi dari pewawancara.
Pendekatan wawancara yang dituntun (interview guide apporoach) berbeda dengan wawancara dalam bentuk percakapan. Di sini sejumlah daftar pertanyaan ditentukan sebelumnya. Hal ini memungkinkan jenis informasi yang sama dikumpul dari setiap pewawancara, tetapi juga pewawancara juga dapat menjajaki pokok-pokok yang menarik perhatian.Tujuan wawancara merupakan daftar pertanyaan untuk mengingatkan pewawancara terhadap apa yang dicakup. Keuntungan dari pendekatan ini adalah lebih jelas sistematis dan berpusat sehingga pewawancara dapat memutuskan bagaimana penggunaannya yang baik dengan waktu yang tepat.  Hal ini sesuai untuk wawancara perkelompokdan pewawancara harus berkemampuan tinggi.
Wawancara terbuka-tertutup yang standar terdiri atas sejumlah pertanyaan yang teratur dengan kata-kata yang dipikih, jenis informasi yang sama dikumpulkan sesuai dengan masisng masing isu. Penyempurnaan pertanyaan masih dimungkinkan, tetapi terbatas. Pendekatan terutama digunakan untuk pewawancara mewawancarai orang yang berbeda dapat dikurangi.
Keuntungannya adalah mengurangi efek pewawancara karena berkurangnya variasi diantara pewawancara. Untuk pertanyaan yang bertujuan menjajaki, pemilihan kata-kata, urutan serta penempatan pertanyaan penting sekali. Kelemahan pendekatan ini terbatasnya mengeksplorasi isu atau pertanyaan yang tiddak diantisipasi sebelum wawancara. Hal ini mengurangi kemungkinan perbedaan perorangan dengan keadaan.










D.    Langkag-Langkah atau Tahapan Wawancara
Pedoman/petunjuk wawancara secara garis besar sebagai berikut:
1. Persiapan
·      Menentukan tujuan.
·      Menetapkan bentuk pertanyaan
·      Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi.
·      Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai.
·      Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara.
·      Mengadakan hubungan dengan responden.
2. Pelaksanaan:
·      Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi.
·      Mengadakan wawancara
3. Penutup:
·      Menyusun laporan wawancara secara sistematis.
·      Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara.
·      Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara
Contoh Pedoman Wawancara Guru:

1.      Pedoman wawancara untuk mengetahui respons guru terhadap pembelajaran Statistika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di kelas II SMA:
2.      Nama Guru : _______________________
3.      Waktu Wawancara : _______________________

No
Pertanyaan
Jawaban/Deskripsi
1.
Apakah pendekatan pembelajaran yang sudah Bapak pakai dalam mengajarkan statistika?
2.
Apakah tanggapan Bapak terhadap pendekatan PMRI ini?
3.
Apakah ada kendala yang dihadapi dalam menggunakan pendekatan PMRI di kelas?
4.
Apakah bapak akan menggunakan pendekatan PMRI lagi pada kegiatan pembelajaran untuk pokok bahasan yang lain?
5.
Apakah kesan-kesan Bapak setelah melakukan pembelajaran Statistika dengan menggunakan pendekatan PMRI?
4.      Kesimpulan hasil wawancara:

Telah diuraikan bahwa evaluasi melalui wawancara selain untuk menilai pemahaman siswa lebih lanjut juga digunakan untuk menilai sikap peserta didik tersebut sebagai manifestasi dari minat, motivasi, perasaan, dan semacamnya. Oleh karena itu evaluasi untuk bidang studi matematika tidak hanya terbatas pada bidang afektif khususnya mengenai sikap siswa.
Pembentukan daerah afektif sebagai hasil belajar matematika relatif lebih lambat daripada pembentukan daerah kognitif dan psikomotorik, Kareana perubahan daerah afektif memerlukan waktu yang lebih lama dan merupakan akibat dari pembentukan pada daerah afektif dan psikomotorik. Gagne (1974) menyebutkan bahwa daerah afektif ini sebagai objek matematika yang sifatnya tidak langsung, sedangkan daerah kognitif dan psikomotorik sebagai objek langsung, yang dapat secara langsung dimiliki dalam diri siswa setelah proses blajar mengajar berlangsung.
Dalam pelajaran matematika seringkali pembentukan sikap seseorang terhadap matematika sebagai akibat dari  pembentukan daerah kognitifnya, meskipun kadang-kadang terjai sebaliknya. Misalnya seorang siswa yang seringkali merasa mampu untuk mengejakan soal-soal matematika. Sebaliknya jika ia sering tidak mampu akan mengakitbatkan rasa segan atau bahkan menakutinya. Seorang guru matematika yang mengajar dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh siswa, ramah keapada setiap siswa , tepat waktu jika ia mengajar, memberikan nilai secara objektif, bisa membentuk sikap siswa menjadi positif terhadap mateamtika. Sebaliknya jika guru tersebut kurang jelas menerangkannya, berprilaku tidak ramah, sering terlambat atau bolos mengajar, memberikan nilai tidak objektif, bisa menimbulkan sikap siswa yang negatif terhadap matematika.
Dari contoh-contoh di atas tampak bahwa pembentukkan sikap seseorang terhadap matematika memerlukan proses yang cukup panjang, sebagai akumulasi dari pengalaman-pengalaman dalam belajar, melalui proses kognitif dan psikomotorik. Dari kondisi ini pelaksanaan penilaian yang berkenaan dengan sikap seseorang terhadap matematika, tidak dapat dilakukan setiap saat seperti halnya penilaian untuk daerah kognitif dan psikomotorik. Oleh karena itu jika kita akan melakukan penilaian terhadap sikap ini sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau pada akhir tahun ajaran. Dalam selang waktu tersebut akumulasi pengalaman belajar siswa dalam matematika sudah cukup banyak, sehingga dapat diharapkan cukup banyak pula komponen sikap siswa yang dapat dievaluasi.





Dengan melaksanakan penilaian sikap terhadap matematika, ada beberapa hal yang bisa diperoleh guru, antara lain:

1)   memperoleh balikan (feed back) sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program pengajaran remedial
2) memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) maupun siswa
3) memperbaiki atau menambah fasilitas belajar yang masih kurang, dan
4) mengetahui latar belakang kehidupan siswa yang berkenaan dengan aktivitas belajarnya.

Pengertian sikap itu sendiri berkenaan dengan perasaan (kata hati) dan manifestasinya berupa perilaku yang bersifat positif (favorable) atau negatif (unfavorable) terhadap objek tertentu. Objek tersebut bisa diri sendiri, orang lain, kegiatan, keadaan, lingkungan, dan lain sebagainya. Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat perasaan postif atau negatif terhadap suatu objek yang bersifat psikologis. Sikap positif bisa diartikan sebagai sikap menyukai, menyenangi, menunjang, atau memihak terhadap objek tadi, begitupun sebaliknya.
Contoh - contoh Pertanyaan yang dapat diajukan pada saat wawancara ( contoh pedoman wawancara)
Rounded Rectangle: Pertanyaan - pertanyaan
1) Apakah siswa mengalami kesulitan memahami petunjuk baik arahan dari guru atau petunjuk dalam LKS?
2) Pada saat mengalami kesulitan, apakah siswa berusaha untuk bertanya kepada teman lain atau kepada guru?
3) Apakah bimbingan guru selalu dibutuhkan siswa agar dapat memahami materi pelajaran?
4) Apakah siswa mempunyai buku paket atau refrensi yang berhubungan dengan materi yang sedang dibahas?
5) Apakah siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya?
6) Apakah materi pelajaran dirasakan oleh siswa tidak ada manfaatnya dkehidupan kelak?
7) Apakah siswa di luar jam atau di rumah berusaha untuk belajar dengan temannya yang lain?
8) Apakah lingkungan sekolah ( di dalam ataupun di luar kelas) tersa kondusif untuk belajar?
9) Apakah orang tua siswa menyuruh anaknya untuk belajar?
10) Apakah siswa mempunyai keinginan untuk keluar darimasalah yang dihadapinya?
 















Contoh Format Penilaian Wawancara Untuk Menguji Pemahaman Siswa Lebih Lanjut


Mata Pelajaran/Kelas  : Matematika/ 1(semester 1)
Kompotensi Dasar      : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengerungan sampai 20
Indikator                     : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan sampai 20


No
Aspek yang dinilai




Bobot Penilaian

Skala

Skor

Rubrik

1

2

3

4
1
Pemahaman terhadap apa yang diketahui
5





1.    Jika sama sekali tidak memahami
2.    Jika pemahaman- nya sebagian kecil
3.    Jika pemahaman- nya sebagian besar
4.    Jika sangat memahami

2
Pemahaman terhadap apa yang ditanyakan
5





1.    Jika sama sekali tidak memahami
2.    Jika pemahaman- nya sebagian kecil
3.    Jika pemahaman- nya sebagian besar
4.    Jika sangat memahami
3
Ketepatan pengunaan strategi dalam pemecahan masalah
5





1.    Jika sama skali tidak tepat
2.    Jika sebagian kecil tepat
3.    Jika sebagian besar tepat
4.    Jika seluruhnya tepat
4
Kecermatan dalam menyampaikan argumentasi
4





1.    Jika sama sekali tidak cermat
2.    Jika sebagian kecil cermat
3.    Jika sebagian besar cermat
4.    Jika seluruhnya cermat
5
Kelogisan dalam urutan langkah pemecahan masalah
3





1.    Jika sama sekali tidak logis
2.    Jika sebagian kecil logis
3.    Jika sebagian besar logis
4.    Jika seluruhnya logis
6
Kebenaran jawaban
3





1.    Jika sama sekali tidak benar
2.    Jika sebagian kecil benar
3.    Jika sebagian besar benar
4.    Jika seluruhnya benar


Kelebihan Wawancara, yaitu:
1.    Dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan situasi yang dihadapi pada saat itu.
2.    Mengetahui prilaku nonverbal, misalnya rasa suka atau tidak suka terhadap sesuatu pada saat pertanyaandiajukan dan dijawaboleh sumber.
3.    Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat memahami maksud penelitian dengan baik dan dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan secara baik pula.
4.    Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang telah ditetapkan.
5.    Melalui wawancara dapat ditanyakan hal-hal yang lebih rumit dan mendetail.
6.    Mempunyai nilai yang tinggi.
7.    Semua kesalahpahaman dapat dihindari.
8.    Pertanyaan yang telah disediakan dapat dijawab oleh sumber dapat disertai dengan penjelasan-penjelasan tambahan.
9.    Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut.



Kelemahan Wawancara, yaitu:
1.    Memerlukan banyak waktu dan tenaga serta mungkin juga biaya.
2.    Dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan dalam bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawabab mungkin bisa saja terjadi.
3.    Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian si pewawancara.
4.    Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi tempat tertentu.
5.    Wawancara sangat mengganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.



















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, wawancara adalah Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang sering digunakan untuk mendapatkan jawaban dari respon dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dalam mengadakan evaluasi (penilaian) menggunakan wawancara ada dua jenis wawancara yang umum digunakan, yaitu wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin. Wawancara dalam evaluasi selain untuk mengetahui kepribadian seseorang dalam hal sikap, dll juga untuk mengukur pemahaman lebih lanjut peserta didik setellah diadakan ter tertulis.  Ada tiga pendekatan untuk wawancara yang dalam yang menuntut persiapan dan instrumen yang berbeda. Ketiga pendekatan tersebut antara lain, wawancara dalam bentuk percakapn formal, wawancara umum dengan petunjuk, wawancara terbuka dan tertutupyang standar. Dalam melalukan wawancara guna mengevaluasi peserta didik ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan pentup.

B.       Saran

Dengan adanya makalah ini semoga pemahaman kita khususnya mahasiswa yang memprogram mata kuliah “Evaluasi Pembelajaran Matematika” dapat lebih mengatahui tehnik-tehnik evaluasi khususnya tehnik nontes yaitu wawancara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar