BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Deskripsi singkat tentang kurikulum apa saja yang pernah dikembangkan dalam
program pendidikan di negeri tercinta Indonesia. Salah satu konsep terpenting
untuk maju adalah “melakukan perubahan”, tentu yang kita harapkan adalah
perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai dengan
konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar tumbuh
kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan Kurikulum Pendidikan Kita.
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum
adalah konsep kurikulum. Karena kurikulum dapat sebagai suatu subtansi, suatu
kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi
murid-murid di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Konsep
kedua kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan
bagian dari sistem persekolahan, pendidikan bahkan sistem masyarakat. Konsep
yang terakhir kurikulum sebagai suatu bidang studi kurikulum yang merupakan
bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Kurikulum memegang kedudukan
kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, Isi, dan proses
pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam kualifikasi lulusan suatu lembaga
pendidikan. Itu sebabnya setiap institusi pendidikan, baik formal maupun non
formal, harus memiliki kurikulum yang sesuai dan serasi, tepat guna dengan
kedudukan, fungsi, dan peranan serta tujuan lembaga tersebut.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang dimaksud dengan kurikulum?
2.
Bagaimana
pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi subjek?
3.
Bagaimana
pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi tujuan?
4.
Bagaimana
pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi kompetensi?
C.
Tujuan
- Agar mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan kurikulum?
- Agar mahasiswa dapat mengetahui pendekatan dan pengembangan kurikulum
berorientasi subjek?
- Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan pengembangan
kurikulum berorientasi tujuan?
- Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan pengembangan
kurikulum berorientasi kompetensi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Kurikulum
1.
Pengertian
Dalam
bahasa latin kurikulum berarti ”lapangan
pertandingan” (race course) yaitu
arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish. Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan. Bila ditelusuri ternyata
kurikulum mempunyai
berbagai macam arti, yaitu:
a.
Kurikulum
diartikan sebagai rencana pelajaran.
b. Pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah.
c. Rencana belajar murid.
Menurut UU
No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran,
serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar. Banyak
pendapat mengenai arti kurikulum, namun inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar
yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah,
proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik seperti gedung
sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar
mempelajari mata pelajaran, tetapi
yang terpenting adalah pengalaman kehidupan.
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan
sejak kurang dari satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam
kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya
tahun 1856.
Jadi dengan “kurikulum” dimaksud jarak yang harus di tempuh oleh pelari
atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “kurikulum” juga berarti
“chariot” semacam kereta pacu pada zaman dahulu, yakni suatu alat yang membawa
seseorang dari “start” sampai “finish”.
Disamping penggunaan “kurikulum” semula dalam bidang olah raga,
kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di
perguruan tinggi.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak
tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di
America serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada
hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak
ditinggalkan. Para ahli-ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah
yang lebih luas. Perubahan ini terjadi karena
ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin selalu memperbaiki. Selain itu
yang mempengaruhi perubahan dari makna atau arti kurikulum adalah perkembangan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan dan kebutuhan
masyarakat.
Disamping itu banyak timbul pendapat-pendapat baru, tentang hakikat dan
perkembangan anak, cara belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan yang
memaksa diadakannya perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah
proses yang tak hentinya, yang harus dilakukan secara kontinu. Namun,
mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah, praktek pendidikan disekolah
senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan
suatu yang aneh bila suatu teori kurikulum baru
menjadi kenyataan setelah 50 sampai 75 tahun kemudian.
Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbulah berbagai macam definisi
kurikulum, sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya kurikulum
itu. Akhirnya setiap pendidikan, setiap guru harus menentukan sendiri
apakah kurikulum itu bagi dirinya. Pengertian yang dianut oleh seseorang akan
mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam kelas maupun diluar kelas.
Dibawah ini beberapa kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum.
1.
J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku
curriculum planning for better teaching and learning (1956). Menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah
dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum
meliputi juga apa yang disebut kegiatan extra kurikuler.
2.
Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high
school curriculum (1965). Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti
halnya dengan definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata
pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar
kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
3.
B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores.
Memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up in the
school for the purpose of diseliping ehildren and youth in group ways of
thinking and acthing”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman
yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka
dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
4.
William B Ragan, dalam buku modern elementary
curriculum (1966) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut:
Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program
dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah
tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh
kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metode
pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
5.
J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya
secondary school improfement (1973). Juga menganut definisi kurikulum yang
luas, menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar,
cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar,
bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural
mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
6.
Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai
kurikulum. Dalam bukunya changing the curriculum : a social process (1946) ia
mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah,
keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani
sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik, dan personalia. Definisi
Miel tentang kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan
hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita
serta norma-norma melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh
pegawai sekolah.
7.
Edward A, Krug dalam secondary school curriculum
(1960) menunjukan pendirian yang terbatas tapi realities tentang kurikulum,
kurikulum dilihatnya sebagai cita-cita dan usaha untuk mencapai tujuan
persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan
tanggung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah tangga, lembaga agama,
masyarakat, dan lain-lainnya.
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain,
sehingga kita peroleh penggolongan sebagai bertikut:
1)
Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai
hasil karya para pengembangan kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.
2)
Kurikulum yang pula dipandang sebagai program, yakni
alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya.
3)
Kurikulum dapat pula dipandang sebagai
hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap,
keterampilan tertentu.
4)
Kurikulum sebagai pengalaman siswa.
Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan
pandangan ini mengenai apa yang secara actual menjadi kenyataan pada
setial siswa.
2.
Kurikulum dan Pengajaran
Pengertian
kurikulum yang sangat luas pada akhirnya dapat membingungkan para guru dalam mengembangkan kurikulum
sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan pengajarannya.
Menurut
Ralph.W.Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses
pengembangan kurikulum
dan pengajaran yaitu:
a.
Tujuan
apa yang hendak di capai?
b. Pengalaman belajar apa yang perlu
disiapkan untuk mencapai tujuan?
c. Bagaimana pengalaman belajar itu di
organisasikan secara efektif?
d. Bagaimana menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan?
Jika kita
mengikuti pandangan Tyler, maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses
pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja,
melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang
studi/pengajaran di sekolah.
B. Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum
1.
Pengertian Pendekatan Kurikulum
Seringkali kita
bicara bahwa pendekatannya kurang tepat untuk masalah ini sehingga hasilnya pun
kurang mencapai sasaran dan memuaskan dan sebagainya. Pendekatan lebih
menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan
menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan
sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang
lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan
makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya
penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk
perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru
melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Jadi, pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan
strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan
yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
2. Prinsip–prinsip Pengembangan Kurikulum.
Secara umum pengembangan kurikulum berdasarkan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.
Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan
untuk mencapai tujuan tertenru, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan
nasional. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan nilai; yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta
didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
erkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
b.
Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang
meliputi tujuan, isi, dan sistem penyampaiannya harus sesuai dengan kebutuhan
dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.
Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan
sumber-sember yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal
d.
Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum yang luwes mudah
disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan
ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam
suatu kurikulum disediakan program pendidikan keterampilan industri dan
pertanian. Pelaksanaannya di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian,
maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.
e.
Prinsip berkesinambungan
Kurikulum disusun secara
berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspekaspek, materi, dan bahan kajian
disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain
memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa sehingga
mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f.
Prinsip keseimbangan
Penyusunan kurikulum supaya
memperhatikan keseimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai
program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek
prilaku yang ingin dikembangkan. Dengan keseimbangan tersebut diharapkan
terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yaitu satu sama lainnya saling
memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pribadi.
g.
Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan
dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan yang bertitik tolak dari masalah
atau topik dan konsistensi antara unsur-unsurnya yang pelaksanaannya melibatkan
semua pihak, baik dilingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.
h.
Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum
berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan bermutu
diukur oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan atau media
yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan
pendidikan nasional, yang diharapkan.
Adapun prinsip yang lebih khusus
dalam pengembangan kurikulum. Prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan,
isi, pengalaman belajar dan penilaian.
• Prinsip berkenaan dengan tujuan
pendidikan
• Prinsip berkenaan dengan
pemilihan isi pendidikan
• Prinsip berkenaan dengan
pemilihan proses belajar mengajar
• Prinsip berkenaan dengan
pemilihan media dan alat pengajaran
• Prinsip berkenaan dengan
pemilihan kegiatan penilaian
3. Rambu-Rambu Pendekatan Pengembangan kurikulum
a.
Standar
kompetensi/ perkembangan ini merupakan acuan bagi pendidik dalam menyusun
program kegiatan dan perencanaan pembelajaran, untuk mencapai optimalisasi
perkembangan anak.
b.
Standar
kompetensi/ perkembangan ini dirancang untuk melayani anak sesuai dengan
tahapan usianya.
c.
Standar
perkembangan ini dirancang sebagai acuan assessment perkembangan anak.
d.
Standar
kompetensi/ perkembangan ini dirancang untuk akuntabilitas pada masyarakat dan
orangtua khususnya.
e.
Standar
kompetensi/ perkembangan ini merupakan standar perkembangan minimal. Pendidik
dapat memberikan pengayaan apabila anak telah menguasai kemampuan pada tahap
perkembangannya.
f.
Penggunaan
standar kompetensi/ perkembangan ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan
lingkungan sosial budaya anak.
Ada prinsipnya pengembangan kurikulum
berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi
dengan perkembangan pendidikan. Sebelum membahas tentang pendekatan pengembangan kurikulum,
akan lebih baik jika Anda melihat dan memahami tentang diri kita sebagai
manusia. Kita memiliki keterbatasan kemampuan untuk menerima, menyampaikan, dan mengolah
semua informasi. Karena itulah, diperlukan proses pengembangan kurikulum yang
akurat dan terseleksi, serta memiliki relevansi yang kuat dengan kebutuhan dan
kondisi yang kita miliki. Seperti yang telah Anda baca pada unit sebelumnya, pengembangan kurikulum memerlukan
pendekatan yang sesuai. Pendekatan pengembangan kurikulum sangat tergantung dari orientasi yang
digunakan. Untuk itu, sebelum mempelajari pelbagai pendekatan pengembangan kurikulum, perlu kita lihat juga orientasi kurikulum. Hal itu disebabkan
karena di samping prinsip pengembangan, suatu kurikulum
pendidikan dikembangkan dengan berbagai orientasi. Orientasi Kurikulum, umumnya orientasi kurikulum dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu orientasi pada bahan pengajaran, orientasi pada tujuan, dan orientasi pada kegiatan
belajar mengajar.
Pengembangan kurikulum seyogyanya dilaksanakan secara
sistematik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa
keseluruhan komponen harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak
terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai
konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga
kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada beberapa macam
pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya
adalah:
A.
Pendekatan Berorientasi pada Subjek
Kurikulum yang
berorientasi pada subject, dalam mengimplementasikanya guru hanya berusaha
untuk menyelesaikan materi pelajaran yang akan diajarkan dan tidak terlalu
memperhatikan proses dan hasil yang akan dicapai. Jadi guru hanya mengajar
target untuk menyelesaikan materi pelajaran. Berdasarkan kurikulum yang pernah
ada di Indonesia, maka kurikulum yang berorientasi pada subject ini adalah
kurikulum tahun 1968.
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum misalnya matematika, sains, sejarah, IPS, IPA,
dan sebagainya.
Seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan kita sekarang di
semua sekolah dan universitas. Yang diutamakan dalam
pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.
Tipe organisasi ini paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya oleh
sebab disiplin ilmu telah jelas batasannya dan karena itu lebih mudah
mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.
Pengembangan kurikulum dalam pendekatan ini
dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Mengidentifikasi pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari.
b.
Merinci pelbagai pokok bahasan itu
menjadi bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan.
c.
Mengidentifikasi dan mengurutkan
pengalaman belajar serta keterampilan-keterampilan prasyarat (prerequisite)
yang harus dimiliki peserta didik.
Dengan demikian, Anda dapat menyimpulkan bahwa pendekatan ini lebih mengutamakan perencanaan program, penguasaan bahan, dan proses disiplin ilmu tertentu. Sebagai bahan kajian, Anda perlu meneliti kembali kurikulum yang pernah
dipakai di Indonesia mulai tahun 1975 sampai sekarang. Apakah Anda dapat
mengidentifikasi kurikulum di Indonesia yang menggunakan pendekatan ini?
B.
Pendekatan Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau
penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah
pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan
kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan
pengembangan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan adalah:
a.
Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun
kurikulum.
b.
Tujuan yang jelas pula didalam
menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan
untuk mencapai tujuan.
c.
Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah
dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d.
Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu
penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri
(bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan
yang berorientasi pada tujuan adalah “tujuan apa yang ingin dicapai, atau
pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik setelah menyelesaikan kurikulum?”.
C.
Pendekatan Berorientasi pada Kompetensi
1.
Pengembangan Kurikulum
Berdasarkan Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
salah salu model kurikulum yang mulai dikembangkan dan diterapkan pada
pendidikan kejuruan. KBK pada dasarnya membuat inventarisasi kompetensi yang
diperkirakan esensial untuk suatu pekerjaan, jabatan atau karier tertentu. Inti
dari KBK adalah kompetensi, merefleksikan kemampuan mengerjakan sesuatu. Secara
spesifik KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada penguasaan suatu
pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu serta penerapannya di lapangan
kerja. Pengetahuan, sikap dan keterampilan itu harus dapat didemonstrasikan
dengan standar industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh
keherhasilan seseorang di dalam suatu kelompok. Pengetesannya yakni dengan
menggunakan “Criterion Referenced” bukan “Norm Referenced”.
Konsep-konsep dalam pendekatan
competency based didasarkan dua filosofi dasar yakni: Filosofi pertama, gagasan
bahwa human comptence merupakan kemampuan yang benar-benar terlihat,
pengetahuan, tingkah laku dan usaha merupakan hal yang tidak berharga tanpa
adanya hasil. Filosofi kedua, mastery learning menyebutkan bahwa hampir semua
orang dapat mempelajari hampir semua hal pengetahuan dengan baik, apabila
mendapatkan pengajaran yang berkualitas serta waktu mencukupi. Pendekatan
dengan competency-based merupakan pendekatan pendidikan yang sangat sistematis,
di mana setiap komponen dalam program pengajaran dirancang, diawasi, dan disesuaikan
dengan satu hal dalam pikiran dan hasil. Dalam program pembelajaran
konvensional pengajaran seringkali dimulai dan diakhiri hanya berdasarkan waktu
dan kalender pendidikan dengan sedikit perhatian terhadap seberapa banyak
pengajaran yang dibutuhkan oleh setiap anak didik. Pengajaran mungkin
disampaikan dalam waktu lima puluh menit, tiga jam pelajaran, atau enam belas
minggu dalam satu semester tanpa memperhatikan seberapa banyak pembelajaran
yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk dapat menguasai sepenuhnya setiap
program pengajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi,
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1994 dari segi penyajian.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berisi kompetensi atau kemampuan dasar yang harus
dicapai oleh peserta didik melalui materi pokok dan indikator pencapaian hasil
belajar yang telah ditetapkan. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan
pemikiran-pemikiran selektif yang mengadopsi dan mengkompromikan unsur-unsur,
nilai-nilai, dan praktek-praktek dari berbagai pendekatan. Kurikulum Berbasis
Kompetensi berorientasikan pada perluasan wawasan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan budaya, sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan integritas bangsa
melalui pembentukan-pembentukan individu yang cerdas, religius, toleran,
mandiri, dan berdisiplin serta menjunjung tinggi moral dalam pergaulan antar
sesama. Kurikulum Berbasis Kompetensi difokuskan pada peningkatan mutu hasil
belajar dan peningkatan mutu lulusan. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah
salah satu bentuk kurikulum yang menekankan ketuntasan dalam belajar yang
dicerminkan dalam performanasi, yang merupakan perpaduan ranah afektif,
psikomotor, dan kognitif.
2.
Pendekatan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (competency-based curriculum)
Kompetensi (competency) mengandung
makna kemampuan seseorang yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi atas kemampuan tersebut.
Dalam lingkup pendidikan menengah
kejuruan pengertian kurikulum berbasis kompetensi dapat diuraikan sebagai
berikut:
1)
Kurikulum berbasis kompetensi
diartikan sebagai rancangan pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan
berdasarkan persyaratan-persyaratan berupa standar kompetensi yang berlaku di
tempat kerja.
2)
Substansi kompetensi memuat pernyataan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan sikap (attitude).
3) Isi atau materi kurikulum yang dirancang
dengan pendekatan berbasis kompetensi diorganisasi dengan sistem modular
(satuan utuh), ditata secara sekuensial dan sistemik. Yang dimaksud dengan
sistem modular adalah perancangan substansi pembelajaran berdasarkan satuan
kompetensi secara utuh, sehingga memudahkan perpindahan dari suatu satuan
pembelajaran ke satuan pembelajaran lainnya berdasarkan prinsip pembelajaran
tuntas. Dalam pelaksanaannya, bahan ajar untuk mendukung pembelajaran dapat
berbentuk modul.
4) Ada korelasi langsung antara penjenjangan
jabatan pekerjaan di dunia kerja dengan
pentahapan pencapaian kompetensi di SMK.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Di
Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak
tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh
pendidikan di America serikat. Kurikulum
mempunyai tiga arti, yaitu: Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran, pengalaman belajar yang diperoleh murid dari
sekolah, rencana
belajar murid.
- Ada tiga
pendekatan pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan berorientasi subjek,
pendekatan berorientasi tujuan, pendekatan berorientasi kompetensi.
- Pendekatan
berorientasi subjek lebih terarah kepada disiplin ilmu, misalnya: Matematika,
IPA, IPS, SAINS, Sejarah dan sebagainya.
- Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan
tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah
pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
- Kurikulum
berbasis kompetensi diartikan sebagai rancangan pendidikan dan pelatihan
yang dikembangkan berdasarkan persyaratan-persyaratan berupa standar
kompetensi yang berlaku di tempat kerja.
B. Saran
1.
Mencari
lebih banyak lagi referensi agar apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti
lebih baik lagi.
2. Agar pengkajian tentang hubungan kurikulum dengan teknologi pendidikan lainnya terus
dikembangkan khususnya pada bidang ilmu pengetahuan matematika.
3. Pembaca
sebaiknya memperhatikan bahan bacaan secara kritis untuk mendapatkan informasi
yang relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2008. Profesi Kependidikan. http://Profesi
Kependidikan.html. Diakses pada Tanggal 11 Oktober
2011.
Dwitagama, Dedi. 2005. Tentang Kurikulum Indonesia. http://kesadaransejarah.
blogspot.com/2007/11/kurikulum – pendidikan - kita.html. Diakses
pada Tanggal 28 September 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar