Kamis, 04 Juni 2015

MAKALAH GAMBARAN UMUM PROFESI KEPENDIDIKAN (KOMPETENSI, KUALIFIKASI, DAN KODE ETIK)

                                               BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Deskripsi singkat tentang kurikulum apa saja yang pernah dikembangkan dalam program pendidikan di negeri tercinta Indonesia. Salah satu konsep terpenting untuk maju adalah “melakukan perubahan”, tentu yang kita harapkan adalah perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar tumbuh kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan Kurikulum Pendidikan Kita.
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Karena kurikulum dapat sebagai suatu subtansi, suatu kurikulum dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Konsep kedua kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem persekolahan, pendidikan bahkan sistem masyarakat. Konsep yang terakhir kurikulum sebagai suatu bidang studi kurikulum yang merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran.
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, Isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Itu sebabnya setiap institusi pendidikan, baik formal maupun non formal, harus memiliki kurikulum yang sesuai dan serasi, tepat guna dengan kedudukan, fungsi, dan peranan serta tujuan lembaga tersebut.





B.       Rumusan Masalah
1.          Apakah yang dimaksud dengan kurikulum?
2.          Bagaimana pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi subjek?
3.          Bagaimana pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi tujuan?
4.    Bagaimana pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi kompetensi?

C.    Tujuan
  1. Agar mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud dengan kurikulum?
  2. Agar mahasiswa dapat mengetahui pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi subjek?
  3. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi tujuan?
  4. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pendekatan dan pengembangan kurikulum berorientasi kompetensi?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Kurikulum
1.      Pengertian
Dalam bahasa latin kurikulum berarti ”lapangan pertandingan” (race course) yaitu arena tempat peserta didik berlari untuk mencapai finish. Baru pada tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan. Bila ditelusuri ternyata kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu:
a.       Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran.
b.      Pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah.
c.       Rencana belajar murid.
Menurut UU No.2 tahun 1989 kurikulum yaitu seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakannya dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar. Banyak pendapat mengenai arti kurikulum, namun inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar yang banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan, interaksi sosial, di lingkungan sekolah, proses kerja sama dengan kelompok, bahkan interaksi dengan lingkungan fisik seperti gedung sekolah dan ruang sekolah. Dengan demikian pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah pengalaman kehidupan.
Perkataan kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak kurang dari satu abad yang lampau. Perkataan ini belum terdapat dalam kamus Webster tahun 1812 dan baru timbul untuk pertama kalinya dalam kamusnya tahun 1856.
Jadi dengan “kurikulum” dimaksud jarak yang harus di tempuh oleh pelari atau kereta dalam perlombaan, dari awal sampai akhir. “kurikulum” juga berarti “chariot” semacam kereta pacu pada zaman dahulu, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari “start” sampai “finish”.
Disamping penggunaan “kurikulum” semula dalam bidang olah raga, kemudian dipakai dalam bidang pendidikan, yakni sejumlah mata kuliah di perguruan tinggi.
Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di America serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah “rencana pelajaran” pada hakikatnya kurikulum sama artinya dengan rencana pelajaran.
Dalam teori praktik, pengertian kurikulum yang lama sudah banyak ditinggalkan. Para ahli-ahli pendidikan kebanyakan memberi arti atau istilah yang lebih luas. Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan dengan hasil pendidikan di sekolah dan ingin selalu memperbaiki. Selain itu yang mempengaruhi perubahan dari makna atau arti kurikulum adalah perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang dapat mengubah perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
Disamping itu banyak timbul pendapat-pendapat baru, tentang hakikat dan perkembangan anak, cara belajar, tentang masyarakat dan ilmu pengetahuan yang memaksa diadakannya perubahan dalam kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah proses yang tak hentinya, yang harus dilakukan secara kontinu. Namun, mengubah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah, praktek pendidikan disekolah senantiasa jauh ketinggalan bila dibandingkan dengan teori kurikulum. Bukan suatu yang aneh bila suatu teori kurikulum baru menjadi kenyataan setelah 50 sampai 75 tahun kemudian.
Dengan bertambahnya tanggung jawab sekolah timbulah berbagai macam definisi kurikulum, sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya kurikulum itu.  Akhirnya setiap pendidikan, setiap guru harus menentukan sendiri apakah kurikulum itu bagi dirinya. Pengertian yang dianut oleh seseorang akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam kelas maupun diluar kelas.

Dibawah ini beberapa kurikulum menurut beberapa ahli kurikulum.
1.    J. Galen Taylor dan William M. Alexander dalam buku curriculum planning for better teaching and learning (1956). Menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut “segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruang kelas, di halaman sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan extra kurikuler.
2.    Harold B. Albertycs. Dalam reorganizing the high school curriculum (1965). Memandang kurikulum sebagai “all school”. Seperti halnya dengan definisi saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan diluar kelas, yang berada dibawah tanggung jawab sekolah.
3.    B. Othanel Smith, w.o. Stanley, dan J. Harjan Shores. Memandang kurikulum sebagai “a sequence of potential experience set up in the school for the purpose of diseliping ehildren and youth in group ways of thinking and acthing”. Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka  dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
4.    William B Ragan, dalam buku modern elementary curriculum (1966) menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut:
Ragan menggunakan kurikulum dalam arti luas, yang meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah, yakni segala pengalaman anak dibawah  tanggung jawab sekolah.
Kurikulum tidak hanya meliputi bahan pelajaran tetapi meliputi seluruh kehidupan dalam kelas. Jadi hubungan social antara guru dan murid, metode pembelajaran, cara mengevaluasi termasuk kurikulum.
5.      J. Lloyd Trump dan Dalmes F. Miller dalam bukunya secondary school improfement (1973). Juga menganut definisi kurikulum yang luas, menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan tenaga mengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervise dan administrasi dan hal-hal structural mengenai waktu, jumlah ruangan serta kemungkinan memilih mata pelajaran.
6.      Alice Miel juga menganut pendirian yang luas mengenai kurikulum. Dalam bukunya changing the curriculum : a social process (1946) ia mengemukakan bahwa kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik, dan personalia. Definisi Miel tentang kurikulum  sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan hanya pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, aspirasi, cita-cita serta norma-norma melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta seluruh pegawai sekolah.
7.      Edward A, Krug dalam secondary school curriculum (1960) menunjukan pendirian yang terbatas tapi realities tentang kurikulum, kurikulum dilihatnya sebagai cita-cita dan usaha untuk mencapai tujuan persekolahan. Ia membedakan tugas sekolah mengenai perkembangan anak dan tanggung jawab lembaga pendidikan lainnya seperti rumah tangga, lembaga agama, masyarakat, dan lain-lainnya.
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau dari segi lain, sehingga kita peroleh penggolongan sebagai bertikut:
1)    Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya para pengembangan kurikulum, biasanya dalam suatu panitia.
2)   Kurikulum yang pula dipandang sebagai program, yakni alat yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya.
3)   Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu.
4)   Kurikulum sebagai pengalaman siswa.
Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara  actual menjadi kenyataan pada setial siswa.
2.    Kurikulum dan Pengajaran
Pengertian kurikulum yang sangat luas pada akhirnya dapat membingungkan para guru dalam mengembangkan kurikulum sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan pengajarannya.
Menurut Ralph.W.Tyler, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pengajaran yaitu:
a.    Tujuan apa yang hendak di capai?
b.    Pengalaman belajar apa yang perlu disiapkan untuk mencapai tujuan?
c.    Bagaimana pengalaman belajar itu di organisasikan secara efektif?
d.   Bagaimana menentukan keberhasilan pencapaian tujuan?
Jika kita mengikuti pandangan Tyler, maka pengajaran tidak terbatas hanya pada proses pengajaran terhadap satu bahan tertentu saja, melainkan dapat pula diterapkan dalam pengajaran untuk satu bidang studi/pengajaran di sekolah.

B.     Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum
1.      Pengertian Pendekatan Kurikulum
Seringkali kita bicara bahwa pendekatannya kurang tepat untuk masalah ini sehingga hasilnya pun kurang mencapai sasaran dan memuaskan dan sebagainya. Pendekatan lebih menekankan pada usaha dan penerapan langkah-langkah atau cara kerja dengan menerapkan suatu strategi dan beberapa metode yang tepat, yang dijalankan sesuai dengan langkah-langkah yang sistematik untuk memperoleh hasil kerja yang lebih baik. Kurikulum merupakan suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum.
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru melakukan tugas mengerjakan bahan, menarik minat murid dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jadi, pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

2.    Prinsip–prinsip Pengembangan Kurikulum.
Secara umum pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.       Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertenru, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan nasional. Tujuan kurikulum mengandung aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai; yang selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup ketiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang erkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
b.      Prinsip Relevansi
Pengembangan kurikulum yang meliputi tujuan, isi, dan sistem penyampaiannya harus sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.       Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sember yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal
d.      Prinsip Fleksibilitas (keluwesan)
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi, atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum disediakan program pendidikan keterampilan industri dan pertanian. Pelaksanaannya di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian, maka yang dilaksanakan adalah program pendidikan keterampilan industri.
e.       Prinsip berkesinambungan
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspekaspek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memiliki hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan pendidikan, tingkat perkembangan siswa sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
f.       Prinsip keseimbangan
Penyusunan kurikulum supaya memperhatikan keseimbangan secara proporsional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program, antara semua mata ajaran, dan antara aspek-aspek prilaku yang ingin dikembangkan. Dengan keseimbangan tersebut diharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan menyeluruh, yaitu satu sama lainnya saling memberikan sumbangannya terhadap pengembangan pribadi.
g.      Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keterpaduan yang bertitik tolak dari masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsurnya yang pelaksanaannya melibatkan semua pihak, baik dilingkungan sekolah maupun pada tingkat intersektoral.
h.      Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu dan mutu pendidikan. Pendidikan bermutu diukur oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan atau media yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan pendidikan nasional, yang diharapkan.
Adapun prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan kurikulum. Prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian.
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian

3.    Rambu-Rambu Pendekatan Pengembangan kurikulum
a.       Standar kompetensi/ perkembangan ini merupakan acuan bagi pendidik dalam menyusun program kegiatan dan perencanaan pembelajaran, untuk mencapai optimalisasi perkembangan anak.
b.      Standar kompetensi/ perkembangan ini dirancang untuk melayani anak sesuai dengan tahapan usianya.
c.       Standar perkembangan ini dirancang sebagai acuan assessment perkembangan anak.
d.      Standar kompetensi/ perkembangan ini dirancang untuk akuntabilitas pada masyarakat dan orangtua khususnya.
e.       Standar kompetensi/ perkembangan ini merupakan standar perkembangan minimal. Pendidik dapat memberikan pengayaan apabila anak telah menguasai kemampuan pada tahap perkembangannya.
f.       Penggunaan standar kompetensi/ perkembangan ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan lingkungan sosial budaya anak.
4.    Macam-macam Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Ada prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimbangi dengan perkembangan pendidikan. Sebelum membahas tentang pendekatan pengembangan kurikulum, akan lebih baik jika Anda melihat dan memahami tentang diri kita sebagai manusia. Kita memiliki keterbatasan kemampuan untuk menerima, menyampaikan, dan mengolah semua informasi. Karena itulah, diperlukan proses pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi, serta memiliki relevansi yang kuat dengan kebutuhan dan kondisi yang kita miliki. Seperti yang telah Anda baca pada unit sebelumnya, pengembangan kurikulum memerlukan pendekatan yang sesuai. Pendekatan pengembangan kurikulum sangat tergantung dari orientasi yang digunakan. Untuk itu, sebelum mempelajari pelbagai pendekatan pengembangan kurikulum, perlu kita lihat juga orientasi kurikulum. Hal itu disebabkan karena di samping prinsip pengembangan, suatu kurikulum pendidikan dikembangkan dengan berbagai orientasi. Orientasi Kurikulum, umumnya orientasi kurikulum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu orientasi pada bahan pengajaran, orientasi pada tujuan, dan orientasi pada kegiatan belajar mengajar.
Pengembangan kurikulum seyogyanya dilaksanakan secara sistematik berdasarkan prinsip terpadu yaitu memberikan petunjuk bahwa keseluruhan komponen harus tepat sekali dan menyambung secara integratif, tidak terlepas-lepas, tetapi menyeluruh. Penyusunan satu komponen harus dinilai konsistensinya dan berkaitan dengan komponen-komponen lainnya sehingga kurikulum benar-benar terpadu secara bulat dan utuh. Ada beberapa macam pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya adalah:

A.    Pendekatan Berorientasi pada Subjek
Kurikulum yang berorientasi pada subject, dalam mengimplementasikanya guru hanya berusaha untuk menyelesaikan materi pelajaran yang akan diajarkan dan tidak terlalu memperhatikan proses dan hasil yang akan dicapai. Jadi guru hanya mengajar target untuk menyelesaikan materi pelajaran. Berdasarkan kurikulum yang pernah ada di Indonesia, maka kurikulum yang berorientasi pada subject ini adalah kurikulum tahun 1968.
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains, sejarah, IPS, IPA, dan sebagainya.
Seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan kita sekarang di semua sekolah dan universitas. Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi ini paling mudah dibandingkan dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas batasannya dan karena itu lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.
Pengembangan kurikulum dalam pendekatan ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a.    Mengidentifikasi pokok-pokok bahasan yang akan dipelajari.
b.    Merinci pelbagai pokok bahasan itu menjadi bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan.
c.  Mengidentifikasi dan mengurutkan pengalaman belajar serta keterampilan-keterampilan prasyarat (prerequisite) yang harus dimiliki peserta didik.
Dengan demikian, Anda dapat menyimpulkan bahwa pendekatan ini lebih mengutamakan perencanaan program, penguasaan bahan, dan proses disiplin ilmu tertentu. Sebagai bahan kajian, Anda perlu meneliti kembali kurikulum yang pernah dipakai di Indonesia mulai tahun 1975 sampai sekarang. Apakah Anda dapat mengidentifikasi kurikulum di Indonesia yang menggunakan pendekatan ini?



B.     Pendekatan Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi pada tujuan? Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan adalah:
a.    Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.
b.    Tujuan yang jelas pula didalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
c.    Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.
d.   Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri (bagi guru). Pertanyaan yang pertama kali muncul pada pendekatan yang berorientasi pada tujuan adalah “tujuan apa yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan kurikulum?”.

C.    Pendekatan Berorientasi pada Kompetensi
1.      Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) salah salu model kurikulum yang mulai dikembangkan dan diterapkan pada pendidikan kejuruan. KBK pada dasarnya membuat inventarisasi kompetensi yang diperkirakan esensial untuk suatu pekerjaan, jabatan atau karier tertentu. Inti dari KBK adalah kompetensi, merefleksikan kemampuan mengerjakan sesuatu. Secara spesifik KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada penguasaan suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu serta penerapannya di lapangan kerja. Pengetahuan, sikap dan keterampilan itu harus dapat didemonstrasikan dengan standar industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keherhasilan seseorang di dalam suatu kelompok. Pengetesannya yakni dengan menggunakan “Criterion Referenced” bukan “Norm Referenced”.
Konsep-konsep dalam pendekatan competency based didasarkan dua filosofi dasar yakni: Filosofi pertama, gagasan bahwa human comptence merupakan kemampuan yang benar-benar terlihat, pengetahuan, tingkah laku dan usaha merupakan hal yang tidak berharga tanpa adanya hasil. Filosofi kedua, mastery learning menyebutkan bahwa hampir semua orang dapat mempelajari hampir semua hal pengetahuan dengan baik, apabila mendapatkan pengajaran yang berkualitas serta waktu mencukupi. Pendekatan dengan competency-based merupakan pendekatan pendidikan yang sangat sistematis, di mana setiap komponen dalam program pengajaran dirancang, diawasi, dan disesuaikan dengan satu hal dalam pikiran dan hasil. Dalam program pembelajaran konvensional pengajaran seringkali dimulai dan diakhiri hanya berdasarkan waktu dan kalender pendidikan dengan sedikit perhatian terhadap seberapa banyak pengajaran yang dibutuhkan oleh setiap anak didik. Pengajaran mungkin disampaikan dalam waktu lima puluh menit, tiga jam pelajaran, atau enam belas minggu dalam satu semester tanpa memperhatikan seberapa banyak pembelajaran yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk dapat menguasai sepenuhnya setiap program pengajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kurikulum 1994 dari segi penyajian. Kurikulum Berbasis Kompetensi berisi kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dicapai oleh peserta didik melalui materi pokok dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan pemikiran-pemikiran selektif yang mengadopsi dan mengkompromikan unsur-unsur, nilai-nilai, dan praktek-praktek dari berbagai pendekatan. Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasikan pada perluasan wawasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya, sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan integritas bangsa melalui pembentukan-pembentukan individu yang cerdas, religius, toleran, mandiri, dan berdisiplin serta menjunjung tinggi moral dalam pergaulan antar sesama. Kurikulum Berbasis Kompetensi difokuskan pada peningkatan mutu hasil belajar dan peningkatan mutu lulusan. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah salah satu bentuk kurikulum yang menekankan ketuntasan dalam belajar yang dicerminkan dalam performanasi, yang merupakan perpaduan ranah afektif, psikomotor, dan kognitif.
2.      Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (competency-based curriculum)
Kompetensi (competency) mengandung makna kemampuan seseorang yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan ada pengakuan resmi atas kemampuan tersebut.
Dalam lingkup pendidikan menengah kejuruan pengertian kurikulum berbasis kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut:
1)            Kurikulum berbasis kompetensi diartikan sebagai rancangan pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan berdasarkan persyaratan-persyaratan berupa standar kompetensi yang berlaku di tempat kerja.
                   2)  Substansi kompetensi memuat pernyataan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude).
                   3)    Isi atau materi kurikulum yang dirancang dengan pendekatan berbasis kompetensi diorganisasi dengan sistem modular (satuan utuh), ditata secara sekuensial dan sistemik. Yang dimaksud dengan sistem modular adalah perancangan substansi pembelajaran berdasarkan satuan kompetensi secara utuh, sehingga memudahkan perpindahan dari suatu satuan pembelajaran ke satuan pembelajaran lainnya berdasarkan prinsip pembelajaran tuntas. Dalam pelaksanaannya, bahan ajar untuk mendukung pembelajaran dapat berbentuk modul.
                              4)   Ada korelasi langsung antara penjenjangan jabatan pekerjaan di  dunia kerja dengan pentahapan pencapaian kompetensi di SMK.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
  1. Di Indonesia istilah “kurikulum” boleh dikatakan baru menjadi popular sejak tahun lima puluhan yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di America serikat. Kurikulum mempunyai tiga arti, yaitu: Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran, pengalaman belajar yang diperoleh murid dari sekolah, rencana belajar murid.
  2. Ada tiga pendekatan pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan berorientasi subjek, pendekatan berorientasi tujuan, pendekatan berorientasi kompetensi.
  3. Pendekatan berorientasi subjek lebih terarah kepada disiplin ilmu, misalnya: Matematika, IPA, IPS, SAINS, Sejarah dan sebagainya.
  4. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
  5. Kurikulum berbasis kompetensi diartikan sebagai rancangan pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan berdasarkan persyaratan-persyaratan berupa standar kompetensi yang berlaku di tempat kerja.
B.     Saran
1.      Mencari lebih banyak lagi referensi agar apa yang ingin disampaikan dapat dimengerti lebih baik lagi.
2.      Agar pengkajian tentang hubungan kurikulum dengan teknologi pendidikan lainnya terus dikembangkan khususnya pada bidang ilmu pengetahuan matematika.
3.      Pembaca sebaiknya memperhatikan bahan bacaan secara kritis untuk mendapatkan informasi yang relevan.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. Profesi Kependidikanhttp://Profesi Kependidikan.html. Diakses pada Tanggal 11 Oktober 2011.

Dwitagama, Dedi. 2005. Tentang Kurikulum Indonesia. http://kesadaransejarah. blogspot.com/2007/11/kurikulum – pendidikan - kita.html. Diakses pada  Tanggal 28 September 2011.

Maulandari, Andri. 2011. Pendekatan Pengembangan Kurikulum. http://Pendekatan-Pengembangan-Kurikulum.html. Diakses pada Tanggal 11 Oktober 2011.

 

Windari, Sri. 2011. 027 Pengembangan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia. http://Pengembangan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia _ infodiknas.com.htm. Diakses pada Tanggal 11 Oktober 2011.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar