Selasa, 29 Agustus 2017

Makalah Retorika

Makalah Retorika

(Prasyarat-Prasyarat Retoris)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berbicara di depan umum bukanlah hal yang mudah. Seringkali kita merasa takut dan cemas saat akan berbicara di depan umum. Oleh karena itu, untuk berbicara di depan umum memerlukan banyak persiapan dan latihan agar memperoleh hasil yang baik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan yakni teknik dalam bernafas saat berbicara di depan umum. Kita harus dapat melakukan pernafasan yang baik agar apa yang kita sampaikan dapat diterima oleh pendengar dengan jelas. Ada empat cara bernafas yang kita kenal, antara lain pernafasan dada, pernafasan perut, pernafasan sisi dari rongga perut dan dada serta pernafasan dalam (dan penuh). Selain pernafasan dan teknik bernafas yang baik, kita juga harus memperhatikan susunan kalimat dan ritme atau nada dalam berbicara agar tidak terjadi salah pemahaman.
Di samping teknik berbicara dan teknik menyusun serta membawakan pidato, pembicara juga harus menguasai beberapa prasyarat organis dan pemakaian bahasa yang tersusun baik. teknik menarik dan menghembuskan nafas, pembinaan suara, artikulasi, sikap badan, mimik serta penggunaan kata dan kalimat merupakan hal-hal penting yang harus dikuasai setiap orang yang ingin menjadi pandai bicara. Oleh karena itu, makalah ini disusun sebagai langkah awal kita mengetahui prasyarat-prasyarat retoris.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1.      Bagaimana teknik bernafas yang baik?
2.      Bagaimana membina suara yang baik saat berbicara?
3.      Apa yang dimaksud gerak-gerik dan bahasa tubuh?
4.      Bagaimana ritme dan dinamika dalam berbicara?
5.      Apa fungsi perbendaharaan kata?
6.      Bagaimana cara memperluas perbendaharaan kata?
7.      Bagaimana susunan kalimat yang baik dalam berbicara?
C.    Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.      Menjelaskan teknik bernafas yang baik
2.      Menjelaskan cara membina suara saat berbicara.
3.       Menjelaskan gerak-gerik dan bahasa tubuh.
4.      Menjelaskan ritme dan dinamika bicara
5.      Mendeskipsikan fungsi perbendaharaan kata.
6.      Mendeskripsikan cara memperluas perbendaharaan kata.
7.      Menjelaskan susunan kalimat dalam berbicara.                                             
D.    Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
1.      Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberi ilmu pengetahuan baru mengenai prasyarat retoris.
2.      Secara praktis, makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi:
a.       Penulis
Penulis diharapakan setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini dapat lebih memahami prasyarat retoris.
b.      Pembaca
Semoga setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang prasyarat-prasyarat retoris.



BAB II
PEMBAHASAN
A.         PRASYARAT ORGANIS
1.    Pernafasan dan Teknik Bernapas
Sebuah pepatah dari India berbunyi: “Napas adalah pengatur segala sesuatu.” Kesehatan jiwa dan badan seorang manusia yang penuh tergantung dari pernapasan yang baik dan benar. Teknik bernapas yang tepat dapat menjadi sarana untuk menghilangkan penyakit tekanan darah tinggi dan penyakit lain yang dapat disembuhkan oleh teknik bernapas yang baik dan tepat.
Pada zaman dahulu, ketika orang masih banyak menjalankan kerja fisik yang berat, mereka umumnya juga melakukan lebih banyak gerakan fisik dan karena lebih banyak gerakan fisik dan karena lebih banyak berjalan kaki dan berlari, mereka bernapas lebih dalam dan dengan itu lebih baik. Dewasa ini, banyak orang yang tergesa-gesa dan tidak bernapas mendalam. Banyak orang zaman sekarang tinggal atau bekerja di dalam kantor dan kurang bergerak hingga tidak lagi bernapas lebih dalam. Di daerah industri, banyak yang kesulitan bernapas sehingga membutuhkan pertolongan dokter. Pemimpin sekolah pernapasan Inggris mengatakan kita pasti tidak menghendaki bahwa ada bensin kotor, karena akan merusakkan mobil. Oleh karena itu, kalau kita bernapas tepat dan benar kita sudah berada dijalan hidup yang lebih alami dan lebih berat.
a)   Proses Pernapasan
Terdapat empat cara bernapas yang kita kenal, yaitu: (1) pernapasan dada, (2)pernapasan perut, (3) pernapasan sisi dan rongga perut dan dada, dan (4) pernapasan dalam. Pernapasan dalam adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada dan perut. Pernapasan itu bersifat ritmis dan lambat jalannya. Dalam retorika dibutuhkan teknik pernapasan yang tepat, karena pernapasan yang tepat dan baik adalah prasyarat untuk berbicara. Pernapasan yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar dari berbicara.

b)   Hal yang Harus Diketahui
Berbicara itu pada dasarnya memberikan bunyi dan suara pada waktu menghembus napas, sebab manusia itu berbicara ketika dia menghembus napas. Banyak ahli pidato mengalami kesulitan pada awal latihan berpidato karena teknik pernapasan. Berkat latihan yang ulet, akhirnya mereka bisa menguasainya dan membawa efek positif untuk pembaca mereka. Oleh latihan, orang belajar menguasai teknik bernapas secara tepat.
Pernapasan yang dalam akan menyebabkan orang merasa lebih sehat, memiliki lebih banyak energi, tidak cepat payah dalam berbicara, tidur lebih enak, tetapi lebih cepat bangun dan lebih gampang dan jelas berbicara. Kalau bernapas tidak dalam, sebagian besar COtidak keluar dan tinggal dalam paru-paru.
c)    Teknik Bernapas Pada Awal dan Selama Berpidato
Hembuskan napas sedalam mungkin sebelum anda berbicara atau berpidato! Sebelum mulai berbicara anda perlu menghembuskan napas, supaya udara kotor dalam paru-paru dikeluarkan dan paru-paru dikosongkan, sehingga cukup tempat untuk udara baru dan segar. Akibatnya, kata-kata atau kalimat pertama diucapkan kedengaran jelas dan waktu mengucapkannya juga tidak tergesa-gesa..
d)   Mengontrol Teknik Bernapas Tiap Hari
Setiap hari teknik bernapas harus dikontrol. Orang harus tetap sadar untuk menarik dan menghembuskan napas secara dalam. Yang harus lebih diperhatikan ialah menghembuskan napas, karena itu hal penting untuk mengeluarkan udara yang sudah dipakai dari dalam paru-paru. Bila mengalami rasa takut, cemas, dan tegang berusahalah menarik napas perlahan dan dalam-dalam, lalu menghembuskannya lagi.
e)    Latihan–Latihan
Latihan-latihan bernapas untuk mengurangi ketegangan, yaitu sebagai berikut:
1)   Duduklah tegak lurus.
2)   Kedua pundak harus longgar dan bebas, kedua tapak tangan harus diletakan di atas perut.
3)   Mulai ditutup, lalu tariklah napas perlahan-lahan melalui hidung, tariklah napas sedalam mungkin sampai seluruh anggota perut diisi udara, perut akan menjadi besar dan terdorong ke depan.
4)   Tariklah nafas terus sampai seluruh rongga dada.
5)   Bila seluruh rongga perut dan dada sudah penuh berhentilah menarik napas.
Latihan-latihan untuk memperoleh volume zat pembakar didalam paru-paru, yaitu: (1) latihan membaca waktu bernapas, (2) latihan kelompok, (3) test anak korek api, dan (4) test lilin dan kelompok.
2.    Membina Suara
            Suara manusia adalah satu instrumen yang lunak, tetapi sekaligus juga luar biasa. Jika suara monoton, atau tidak memiliki daya, kekuatan, kemerduan, dan kepastian akan menghancurkan karya dan hidup seorang manusia. Suara yang dikeluarkan oleh manusia dapat memiliki berbagai macam karakter seperti di bawah ini:
1)        Suara yang apatis
2)        Suara yang lemah karena terlau payah
3)        Suara cemas dan takut
4)        Suara yang tidak dipercaya
5)        Suara yang informatif
6)        Suara yang aktif dan berinisiatif
7)        Suara yang mengandung persaan yang jenuh
8)        Suara yang dingin dan rasional
9)        Suara yang bernada agitasi
10)    Suara yang penuh perjuangan
11)    Suara yang gaduh
a)   Modulasi Suara
Efektivitas berbicara tidak hanya tergantung teknik bernapas, resonansi dan artikulasi, tetapi juga tergantung dari modulasi suara. Modulasi adalah perubahan ritmis dari intonasi bahasa dalam hubungan dengan naik turunnya suara secara sadar.Modulasi, orang dapat berbicara cepat dan lambat, kuat dan halus, tinggi dan rendah atau dengan kombinasi dan variasi yang sesuai dengan keinginan pembicara dan disamping modulasi juga mengkarakterisasi suara menjadi rumah, gembira, sedih, hangat, sayu, ironis, dan lain-lain.
1)        Kegunaan Modulasi
a. Modulasi dapat memberi motivasi yang kuat kepada para pendengar karena menopang pesan yang disampaikan.
b.    Modulasi juga dapat memiliki daya yang meyakinkan dalam berpidato.
2)   Latihan
a.    Nada sopan santun yang dingin
b.    Nada perfeksionis
c.    Nada harapan
d.   Nada permohonan
e.    Nada perintah
f.     Nada marah
g.    Nada bencin
h.    Nada bersorak gembira
i.      Nada takut dan cemas
j.      Nada ironis
b)   Resonansi dan Suara
Resonansi dibina untuk membuat suara sehat dan kuat dalam bicara. Ada bagian-bagian manusia yang dapat memberi resonansi yang kuat, bagian-bagian ini adalah: (1)seluruh kerangka tubuh manusia, (2) rongga kerongkongan, (3) tengkorak kepala, dan (4) rongga dada
3.    Gerak-gerik dan Bahasa Tubuh
Gerak-gerik tubuh dan ekspresi tubuh manusia, dapat melengkapi, meneguhkan maksud yang disampaikan atau dapat juga sebaliknya, mengahalangi tercapainya suatu maksud. Gerak-gerik itu tidak boleh berlebih-lebihan. Gerak-gerik tubuh dalam tubuh saling hubungan antarmanusia, misalnya:
1.    Kalau kita tidak percaya, kita mengangkat kelopak mata.
2.    Kalau menemukan jalan buntu, orang mengusap ujung hidung dengan jari atau menggaruk kepala.
3.    Orang menaruh kedua telapak tangan didepan dada dan menunjukkan sikap tolak menolak, bila mau mengisolasi diri, atau kedua telapak tangan menjepit lengan atas.
4.    Membuka mata, membesarkan biji mata sambil menganggukkan kepala tanda setuju atau percaya.
5.    Menggesek-gesek jari-jari kedua telapak tangan, kalau orang itu tidak sabar lagi.
6.    Memukul dahi, kalau melupakan sesuatu.
7.     Mengegeleng-gelengkan kepala kalau merasa bimbang.
8.    Tersenyum, kalau memohon sesuatu.
9.    Memandang dengan sungguh-sungguh, kalau harus meminta maaf.
10.  Mengatupkan tangan di dada, tanda mengucapkan yang jujur.
11.  Menunjukkan kepal, tanda mengambil keputusan dan akan konsekuen melaksanakannya.
B.       PRASYARAT BAHASA
1.        Bahasa dan Retorika
            Bahasa merupakan alat pengukur nilai seseorang dalam hbungan antar manusia. Keberhasilan dan kegagalan sesesorang dalam hidup sering bergantung dari kepandaina berbicara. Apa gunanya pengetahuan luas yang dimiliki dalam otak, kalau tidak bisa diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan, hanya sedikit orang yang:
1)   Mengenal kemampuan dan bentuk berbahasa.
2)   Tahu, apakah bahasanya kedengaran indah dan buruk.
3)   Merasa, apakah berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
4)   Tahu bahwa ia berbicara tidak logis.
5)   Berbicara sebagai orang terdidik dan berwibawa.
6)   Mendengarkan dan menilai perbendaharaan katanya.
7)   Mengontrol dirinya sendiri selama berbicara.
8)   Tahu, bagaimana rupanya yang tampak waktu ia sedang berbicara.
9)   Memiliki kesadaran penuh sewaktu berbicara.
a)   Pentingnya Bahasa
Bahasa juga perlu untuk bidang-bidang ilmu yang membutuhkan keandalan rohani yang tinggi, tergantung bagaimana orang menyusun dan membawakannya. Oleh karena itu, berlakulah norma-norma di bawah ini:
1)   Bahasa tidak hanya merajai manusia, tetapi juga politik.
2)   Bahasa adalah nafas dari jiwa manusia.
3)   Bahasa adalah sebuah batu loncatan emasmenuju keberhasilan dalam hidup dan    karya
4)   Bahasa adalah penampakkan luaran dan roh.
5)   Bahasa adalah tanda pengenal materil dan sinar kepribadian.
6)   Yang lebih penting daripada pidato ialah orang yang berpidato.
7)   Seorang yang berbudi luhur hendaknya memiliki bahasa yang halus dan luhur.
8)   Bahasa juga akan menjadi kerdil, kalau orang tidak menghiraukannya.
b)   Kesadaran Berbicara dan Efektivitasnya
Setiap pembicara harus memiliki kesadaran akan akibat-akibat pembicaraanya.Berarti ia harus mengontrol bahasanya. Untuk itu orang harus memperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini:
1)   Setiap orang akan menjadi lebih liar dalam berbahasa.
2)   Tanpa kesadaran berbicara orang tidak akan memiliki kesadaran.
3)   Bila berbicara, pembicara tidaka akan melihat mata para pendengar.
4)   Seorang pembicara yang ramah akan mendapat simpati.
5)   Tak seorang pun boleh kehilangan kesadaran.
2.       Ritme dan Dinamika Bicara
a)   Dinamika Bicara
Suara adalah penopang atu pembantu dalam membina dinamika bicara. Sering terjadi bahwa orang terdidik seperti guru, dosen atau profesor berbicara terlalu pelan dan membosankan tanpa dinamika. Bahasa yang memiliki dinamika akan memberikan kesan-kesan terhadap pembicaranya sebagai berikut:
1)   Kaku dan bersifat rutin
2)   Kurang rasa kepastian
3)   Kehendak dan kemauan yang lemah
4)   Kurang sumber-sumber kekuatan/daya
5)   Kurang percaya diri
6)   Tanpa semangat
7)   Memiliki rasa takut dan cemas
8)   Kurang memiliki perasaan
Dinamika ini dapat dibina dengan jalan:
1)   Memperkuat hembusan napas
2)   Memperkuat resonansi dalam tubuh
3)   Mempertajam dan mempertepat artikulasi
4)   Memperlambat tempo bicara oleh memperlambat ucapan vokal dan urutan bicara.
b)   Ritme Bicara
Untuk kecakapan sehari-hari bahasa dan popular tidak diperlukan suatu ritme bahasa. Dalam kehidupan praktis, substansi bahasa harus juga diberi busana yang indah dan menarik. Beberapa nasehat penting:
1)   Berikan pada ungkapan-ungkapan bahasa anda adan daya yang indah.
2)   Aktifkanlah suara dan bahasa anda.
3)   Bernyayilah sesering mungkin karena dengan anda memperkuat selaput suar anda.
4)   Ceritakanlah dua orang atau tiga cerita pendek.
3.     Perbedaharaan Kata
a)   Fungsi Perbendaharaan Kata
Menurut penyelidikan, orang paling terdidik dapat memahami 12.000 pengertian. Orang terdidik memahamai kira-kira 8 sampai 10 ribu pengertian. Orang  yang berpendidikan sederhana hanya memahami 6 sampai 8 ribu pengertian seluruh perbendaharaan kata. Dari sejumlah perbendaharaan kata-kata yang dipahami secara pasif ini, hanya kira-kira seperlima sampai seperempat yang dapat dipergunakan secara aktif.
Setiap kata memiliki isi. Isi kata ini mengantar manusia kepada pengertian. Jadi,kata-kata adalah tanda bahsa dari pengertian-pengertian.. setiap orang harus menguasai pengertian-pengertian dari kata-kata. Sebelum kita beerbicara, alam bawah sadar kita bekerja. Pertama-tama intrinsic kita terdorong. Sesudah muncul sumber daya , kemauan dan kehendak, fungsi dan perasaan dan emosi.
b)   Memperluas Perbendaharaan Kata
Kata-kata itu ada bermacam-macam. Dialektika, suara dan susunan kalimat yang dipergunakan akan mengejutkan dia. Itulah sebabnya setiap pembicara perlu memperluas perbendaharaan kata-katanya:
1)   Menyelidiki perbendaharaan kata lewat band-recorder.
2)   Memperhatikan perbendaharaan kata-kata yang dipergunakan orang lain.
3)   Membaca buku-buku baik yang bermutu.
4)   Mendengar pidato dari para ahli.
5)   Mempelajari kata-kata baru.
6)   Melatih mempergunakan sinonim kata.
7)   Melihat dan mendengarkan aktris-aktris kenamaan.
4.     Susunan Kalimat
           Gaya kalimat dan pidato ditentukan oleh kontruksi kalimat. Itu bearti satu kalimat adalah manifestasi isi pikiran yang sederhana atau yang terdiri dari berbagai segi.pendengar akan sukar mengikuti jalan pikiran pidato semacam ini dan lebih lagi mereka akan sukar memahaminya.
1)   Sering memiliki tata bahasa yang buruk dan merusakkan gaya bahasa.
2)   Mempersulit jalan pikiran.
3)   Mengacuhkan para pendengar dan menyebabkan perhatian menurun.
4)   Membantu melahirkan ketidakpastian.
5)   Tidak memiliki efek menurut psikologi dalam.
6)   Terlalu mahal, karena menuntut kosentrasi.
Oleh karena itu, sebuah pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat pendek karena:
1)      Mudah dipakai untuk bermain kata.
2)      Mudah untuk diberi tanggapan rohani.
3)      Bersifat logis dan jelas.
4)      Segera akan dimengerti.
5)      Membentuk diri secara dinamis dan penuh daya.
6)      Memungkinkan teknik pause.
7)      Memberi waktu untuk bernafas.
8)      Tidak menuntut konsentrasi yang besar.
5.     Ketentuan dan Patokan
1)    Susunlah pidato anda dengan mempergunakan lebih banyak kalimat-kalimat pendek.
2)    Kurang atau tiadakan anak kaliamat.
3)    Jangan terlalu bnayk menggunakan kata-kata.
4)    Jangan terlalu sering menggunakn koma.
5)    Turunkan suar pada akhir kalimat.
6)    Dalam satu kalimat jangan pergunakan lebih dari10-15 pengertian.
BAB III
PENUTUP
A.  Simpulan
Ada empat cara bernafas yang kita kenal :
1.    Pernafasan dada
2.    Pernafasan perut
3.    Pernafasan sisi dari rongga perut dan dada
4.    Pernafasan dalam (dan penuh)
Pernafasan dalam (dan penuh) adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada dan perut. Pernafasan ini bersifat ritmis dan lambat jalannya. Dalam retorika dibutuhkan teknik pernafasan yang tepat, karena pernafasan yang tepat dan baik adalah prasyarat untuk berbicara. Ia adalah motor dari pembicaraan. Pernafasan yang dangkal akan menuntut terlalu banyak tenaga yang keluar waktu berbicara. Atas dasar itu dapat dikatakan bahwa tanpa pernafasan yang tepat, maka tidak dapat juga orang berbicara baik. Latihan bernafas untuk mengurangi ketegangan :
1.      Duduklah tegak lurus
2.      Kedua pundak harus longgar dan bebas; kedua telapak tangan diletakkan di atas perut.
3.      Mulut ditutup, lalu tariklah nafas perlahan-lahan melalui hidung. Tariklah nafas sedalam mungkin sampai seluruh rongga perut diisi udara. Perut akan menjadi besar dan terdorong ke depan
4.      Tariklah nafas terus sampai seluruh rongga dada menjadi penuh dengan udara.  (Bila ada kesulitan pada permulaan, berhenti sejenak...; lalu mulai lagi dari awal)
5.      Bila seluruh rongga perut dan dada sudah penuh berhentilah menarik nafas. Tahanlah nafas beberapa saat, lalu hembuskan perlahan-lahan melalui hidung.
Untuk mempertinggi efektivitas pidato, orang harus memperhatikan gerak-gerik tubuh dan ekspresi anggota tubuhnya. Sesudah memperhatikan hal-hal yang positif dan negatif dalam gerak-gerik tubuh sendiri, orang bisa berusaha melenyapkan atau memperbaikinya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hubungan dengan gerak-gerik dan ekspresi tubuh:
1.      Langkah yang pendek atau panjang, cepat atau lambat pasti atau tidak pasti.
2.      Sikap tubuh waktu duduk, berdiri atau berjalan (melangkah)
3.      Gerak-gerik, rasa gugup, ketenangan dan sikap khusus pada diri sendiri waktu berpidato.
4.      Gerak kepala, waktu berbicara di dalam kelompok.
5.      Muka dan ekspresinya: cerah, gembira, sungguh-sungguh, keras, kaku dan asli?
6.      Mata: pandangannya membawa efek yang ramah atau tidak.
7.      Tangan dan lengan: tergantung lurus ke bawah, atau ikut bergerak/ digerakkan waktu berbicara; atau jari-jari dimainkan tanpa ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda ada hubungan dengan pembicaraan; memberi tanda yang ofensif atau agresif.
Ketiadaan dinamika dalam berbicara dan berbahasa akan membawa pengaruh negatif terhadap kewibawaan dan kepribadian pembicara. Pembicara yang lemah, kering, kaku, dan monoton akan menurunkan nilai kepribadiannya di mata pendengar. Oleh karena itu seorang pembicara yang ingin sukses dalam kariernya harus memiliki
dinamika dalam berbahasa, yang mengandung daya meyakinkan dan daya persuasi. Kalimat-kalimat panjang bukan lagi merupakan mode; sebab kalimat yang panjang menyulitkan pembicara untuk mengatur pernafasan. Setiap bagian kalimat dapat menjadi penghalang, yang harus ditangkap dan dimengerti dengan susah payah. Bagi para pendengar, kalimat panjang akan sulit di tangkap dan dimengerti. Kalimat-kalimat yang panjang membawa efek negatif, sebab :
1.      Sering memiliki tatabahasa yang buruk dan merusakkan gaya bahasa
2.      Mempersulit jalan pikiran
3.      Mengacaukan para pendengar dan menyebabkan perhatiannya menurun
4.      Membantu melahirkan ketidakpastian
5.      Tidak memiliki efek menurut psikologi
6.      Terlalu mahal, karena menuntut konsentrasi yang 4-5 kali lebih besar.
Oleh karena itu sebuah pidato sebaiknya mempergunakan kalimat-kalimat yang pendek, sebab kalimat pendek
1.      Mudah dipakai untuk bermain kata
2.      Mudah untuk diberi tanggapan rohani
3.      Bersifat logis dan jelas
4.      Segera akan dimengerti
5.      Membentuk diri secara dinamis dan penuh daya
6.      Memungkinkan teknik pause
7.      Memberi waktu untuk bernafas
8.      Tidak menuntut konsentrasi yang besar.
B.   Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar memahami prasyarat-prasyarat retoris. Sehingga pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dan terperinci.

DAFTAR PUSTAKA
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.